Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MAKALAH ANALISIS BIAYA

MAKALAH ANALISIS BIAYA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah “Teori Biaya” ini telah selesai disusun. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial sekaligus menambah wawasan penulis serta pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat.

Akhir kata penyusun ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai tujuan karya tulis ilmiah ini. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.



Bandung, 30  oktober  2017


Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
Konsep Biaya Relevan 3
Biaya Eksplisit dan Biaya Implisit 4
Biaya Eksplisit 4
Biaya Implisit 4
Biaya Incremental dan Sunk Cost 5
Biaya Jangka Pendek dan Biaya Jangka Panjang 5
Biaya Produksi Jangka Pendek dan Kurva 5
Biaya Produksi Jangka Panjang dan Kurva 11
Analisis Pulang -Pokok 16
Analisis Pulang –Pokok Linear 17
BAB III PENUTUP 21
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23


BAB I
PENDAHULUAN

Latar  Belakang
Teori produksi yang mencakup prinsip-prinsip pengkombinasian penggunaan input yang optimal untuk menghasilkan tingkat output yang maksimal sehingga tercapai laba yang maksimal , konsep substitutabilitas antarinput , konsep returns to scale  , dan teknik penaksiran fungsi produksi secara empiris.telah kita memahami masalah- masalah produksi tersebut, baik secara teoris maupun empiris , baru kita dapat menganalisis masalah biaya. Sebelum perusahaan menentukan maksimisasi laba maka hal yang diperlukan perusahaan adalah mengestimasi biaya dan beban yang ada dalam perusahaan. Pada makalah ini kita akan membahas masalah teori biaya dan konsep – konsep biaya untuk pengambilan keputusan.

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Bagaimana konsep biaya relevan?
Apa yang di maksud dengan biaya eksplisit dan implisit?
Apa yang diketahui tentang biaya incremental dan sunk cost?
Apa saja yang termasuk biaya jangka pendek dan jangka panjang, lalu seperti apa kurva biaya jangka pendek dan panjang?
Bagaimana analisis pulang pokok dan kontribusi laba?

Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan di susunnya makalah ini adalah diantaranya sebagai berikut:
Memahami dan menerangkan  konsep  dari pengertian biaya relevan, biaya kesempatan, biaya eksplisit dan implisit;
Membedakan biaya incremental dan sunk cost, biaya jangka pendek dan panjang;
Menggambarkan kurva biaya jangka pendek dan kurva biaya jangka panjang;
Menerangkan lebih mendalam tentang skala produksi yang ekonomis dari hubungan antara biaya jangka panjang dan pendek LRAC;
Memahami dan menggunakan teknik analisis yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara biaya, penerimaan dan laba.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Biaya Relevan

Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang bermacam-macam pada beberapa periode waktu yang tak terbatas. Pertanyaannya, “Lantas berapa biaya penggunaan aset tersebut selama periode tertentu?”.

Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya relevan (relevant cost). Pada saat penghitungan biaya yang akan digunakan untuk melengkapi formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan, para akuntan diperlukan untuk membuat perincian jumlah rupiah yang aktual yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja, bahan baku dan peralatan modal yang digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-tujuan pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah biaya relevan yang dimaksudkan di atas.

Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya tersebut bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk konsumsi. Ketika sebuah perusahaan menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi sebuah produk tertentu perusahaan tersebut juga menawarkan sumber daya tersebut kepada para pemakai alternatif.

Oleh karena itu konsep biaya tumbal menunjukkan kenyataan bahwa semua keputusan didasarkan pada pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya tumbal sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya tersebut.

Biaya Eksplisit dan Implisit

Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan perusahaan, atau biaya yang dikeluarkan dimana terdapat pembayaran kas. Misalnya pengeluaran untuk membeli bahan baku untuk produksi, untuk membayar tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan produksi dan sebagainya.

Biaya Implisit
Biaya implisit adalah nilai dari input yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak sebagai pengeluaran nyata yang dikeluarkan perusahaan. Biaya implisit juga dapat diartikan sebagai biaya non kas yang diukur dalam konsep biaya kesemptan. Biaya implisit yang berkaitan dengan setiap keputusan jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya ini tidak melibatkan pengeluaran kas dan karena itu sering diabaikan dalam analisis keputusan. Karena pembayaran kas tidak dilakukan untuk biaya implisit, konsep biaya kesempatan harus digunakan untuk mengukurnya.

Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan merupakan contoh-contoh dari pengeluaran eksplisit. Biaya implisit berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika ia tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.

2.3 Biaya Incremental dan Sunk Cost

Biaya Inkremental adalah biaya yang akan timbul sebagai akibat dari adanya suatu keputusan. Biaya incremental ini merupakan perubahan biaya total yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan yang sedang dibuat.
Biaya incremental ini harus diidentifikasi secara tepat, hanya biaya-biaya yang berubah secara nyata sebagai hasil dari suatu keputusan yang bisa dimasukkan, tetapi semua biaya berubah sebagai akibat dari adanya keputusan tersebut harus dimasukkan. Faktor-faktor produksi yang menganggur (tak terpakai) yang tidak mempunyai penggunaan alternatif tidak mempunyai biaya incremental dan oleh karena itu bisa dianggap tidak mempunyai biaya.

2.4 Biaya Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat output dan harga secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antara biaya dan output suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung pada fungsi produksi perusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan tersebut.
Biaya Jangka Pendek
Yang dimaksudkan jangka pendek yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Jangka pendek adalah periode berlakunya dua kondisi, yaitu, perusahaan yang ada menghadapi batasan yang dipaksakan oleh sejumlah faktor produsi tetap dan perusahaan baru tidak dapat masuk, dan perusahaan yang ada tidak dapat keluar dari industri.
Macam-macam biaya dalam jangka pendek, antara lain:
Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah berapapun jumlah barang yang diproduksi. Biaya untuk sewa tanah, sewa gedung, penyusutan mesin, gaji pegawai tetap, gaji manajer, bunga pinjaman bank adalah contoh-contoh biaya tetap. Misalnya, biaya gaji yang dikeluarkan perusahaan setiap bulan  Rp10.000.000. Selama satu bulan itu meskipun jumlah produksi bertambah biaya gaji bulan itu tidak bertambah kecuali jika ada penambahan tenaga kerja.
Biaya tetap dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a)   Biaya Tetap Total atau Total Fixed Cost (TFC)
Biaya tetap merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam jumlah tetap  dalam jangka waktu tertentu. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan, biaya ini tetap harus dibayar.
b)   Biaya Tetap Rata-Rata atau Average Fixed Cost (AFC)
Biaya tetap rata-rata adalah biaya tetap yang dibebankan pada setiap satuan output yang dihasilkan. Biaya ini dihitung debgan membagi biaya tetap total dengan jumlah output yang diproduksi. Pada produksi  biaya tetap rata-ratanya , selanjutnya pada produksi . Sehingga dapat disimpulkan bahwa seberapa banyak output yang dihasilkan jumlah biaya tetap total akan sama. Tetapi semakin banyak output yang dihasilkan, biaya tetap rata-rata atau AFC akan semakin kecil dan semakin sedikit output yang dihasilkan, AFC semakin besar. Ini dapat diketahui dari bentuk kurva AFC yang melengkung ke kanan dari atas ke bawah.

Biaya Variabel atau Variable Cost (VC)
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya tidak tetap atau berubah-ubah sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel yang dikeluarkan juga semakin banyak. Sebaliknya, semakin sedikit output yang dihasilkan, semakin sedikit pula biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan bakar, dan upah tenaga kerja langsung merupakan contoh biaya variabel.
Jenis biaya variabel dapat dibedakan sebagai berikut:
a). Biaya Variabel Total atau Total Variable Cost (TVC)
Biaya variabel total merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi output dalam jumlah tertentu untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Dimisalkan bahwa faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000. Bahan-bahan mentah merupakan variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah yang yang diperlukan. Oleh sebab itu, biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan.
b). Biaya Variabel Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC)
Biaya variabel rata-rata adalah b iaya variabel yang dibebankan pada tiap unit produk yang dihasilkan.
Biaya Total atau Total Cost (TC)
Biaya total merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untk memproduksi semua output, baik barang maupun jasa. Biaya total dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap total (TFC) dengan biaya variabel total (TVC), yang dirumuskan sebagai berikut                 
Biaya Rata-rata atau Average Cost (AC)
Biaya rata-rata atau AC merupakan biaya yang dikeluarkan untuk setiap unit produksi.
Biaya Tetap Rata-rata (AFC)
Apabila biaya tetap total ( TFC) untuk memperoduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap rata-rata. Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata atau AFC adalah:
AFC=TFC/Q
Dalam tabel 1.1 biaya tetap rata-rata ditunjukan dalam kolom (7), dan angka-angka tersebut didapat dengan membagi nilai biaya tetap total (yang terdapat dalam kolom 3) dengan jumlah produsi ( yang ditujukan dalam kolom 2) pada setiap jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Biaya Berubah Rata-rata  (AVC)
Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Biaya berubah rata-rata dihitung dengan rumus:
AVC=TVC/Q
Dalam tabel 1.1, biaya berubah rata-rata ditunjukan kolom (8) dan angka-angka tersebut diperoleh dengan mebagi nilai biaya berubah total (dalam kolom 4) dengan jumlah produksi (data dalam kolom 2).
Biaya Total Rata-rata (AC)
Apabila biaya total (TC) untuk memprodksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Nilainya dihitung menggunakan rumus dibawah ini:
AC=TC/Q  atau  AC=AFC+AVC
Dalam tabel 1.1 biaya total  rata-rata ditunjukan dalam kolom (9), untuk mendapat angak-angka tersebut, sesuai dengan yang bru ddinyatakan diatas, dua cara dapat digunakan. Yang pertama adalah dengan mebagi nilai-nilai dalam kolom (5) dengan jumlah produksi yang dinyatakan dalam kolom (2). Cara yang kedua adalah dengan menambahkan biaya tetap rata-rata dan biaya berubah rata-rata yang terdapat dalam kolom (7) dan (8).
Biaya marginal atau Marginal Cost (MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya marjinal . Dengan demikian, berdasarkan kepada definisi ini biaya marjinal dapat dicari dengan mengunakan rumus:
MCn =TCn – TCn-1
Dimana  MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n TCn adalah biaya pada waktu jumlah produksi adalah n dan TCn-1 adalah biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1 . akan tetapi pada umumnya pertambahan nilai satu unit faktor produksi akan menambah beberapa unit produksi. Sebagai contoh, perhatiakn tabel 1.1 misalkan jumlah tenaga kerja betambah dari 2 menjadi 3. Dapat dilihat bahwa produksi bertambah dari 6 menjadi 12 unit (jadi bertambah 6  unit) dan biaya produksi bertambah sebanyak Rp. 50000, yaitu dari Rp.150000 menjadi Rp.20000. dengan demikian biaya marjinal adalah Rp.50000/6 unit= Rp 8333.
Contoh ini menunjukan bahwa adakalanya persamaan diatas adalah kurang prakstis untuk menghitung biaya marjinal. Persamaan yang baru saja diterangkan diatas hanya digunakan apabila tabel data yang diberi menunjukan perubahan berbagai biaya apabila produksi tetap mengalami pertambahan sebanyak satu unit.
Apabila rumus yang telah diterangkan sebelum ini tidak dapat digunakan, rumus yang akan dipergunakan untuk menghitung biaya marjinal adalah:
MCn= ∆TC/∆Q
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n, ∆TC adalah pertambahan jumlah biaya total, dan ∆Q adalah pertambahan junlah produksi. Berikut ini ditujukan satu contoh lain untuk menghitung biaya marjinal. Perhatikan kenaikan produksi dan biaya produksi pada waktu tenaga kerja ditambah 5 menjadi 6 . ternyata produksi naik sebanyak 6 unit, yaitu dari 27 menjadi 33, dan biaya produksi naik sebanyak Rp 50000, yaitu dari Rp 30000 menjadi Rp 350000 dengan demikian besarnya biaya marjinal adalah:
MC = (350000-30000)/(33-27)=  50000/6=Rp 8333
Biaya marginal adalah kenaikan biaya total yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Jadi biaya marginal (MC) merupakan perubahan biaya total (∆TC) jika produksi ditambah atau dikurangi (∆Q) dengan satu unit.                                                                                                   
Sehingga, ada beberapa hal yang mempengaruhi perhitungan biaya  marginal, yaitu:
Biaya total setelah peningkatan produksi;
Biaya total sebelum peningkatan produksi;
Jumlah produksi sebelum peningkatan produksi;
Jumlah produksi setelah peningkatan produksi.
         
Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah atau menciutkan semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap,  semua jenis biaya yang dikeluarkan adalah biaya berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luas bangunan atau luas pabrik yang digunakan. Akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan.
Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang
Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant size) yang akan meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda. Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Sehingga peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada 2 faktor, yaitu:
Tingkat produksi yang ingin dicapai.
Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.
Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang
          Kurva LRAC (Long Run Average Cost) atau biaya total rata-rata jangka panjang adalah kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu mengubah kapasitas produksinya. Kurva LRAC adalah suatu kurva yang berbentuk U yang jauh lebih datar daripada kurva biaya total rata-rata jangka pendek. Selain itu, semua kurva jangka pendek berada di atas kurva jangka panjang. Hal ini timbul karena perusahaan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi pada jangka panjang. Pada intinya, dalam jangka panjang perusahaan dapat memilih kurva jangka pendek yang ingin digunakan. Tetapi dalam jangka pendek, perusahaan harus menggunakan salah satu kurva jangka pendek yang telah dipilih sebelumnya. Kurva LRAC merupakan kurva yang menyinggung berbagai kurva AC jangka pendek. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum atau minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha dalam jangka panjang. Satu hal perlu diingat dalam menggambarkan kurva LRAC adalah bahwa kurva itu tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik) yang terendah dari kurva AC.
Dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang. 

Kurva Biaya Jangka Pendek
Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek sebuah perusahaan. Sebuah kurva biaya total jangka pendek ditunjukkan oleh gambar 5.1.(a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost (TC) pada setiap tingkat output adalah jumlah dari biaya tetap, total atau fixed cost (JFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC).
Karena biaya-biaya, apakah biaya rata-rata ataupun biaya marjinal, digunakan hampir untuk semua tujuan-tujuan pembuatan keputusan operasional, maka akan sangat bermanfaat bagi kita untak menelaah biaya-biaya ini.

Average Fixed Cost  (AFC)  = 

Average Variabel Cost  (AVC)  = 

Average Total Cost  (AC) =  AFC  +  AVC

Marginal Cost   = 

Kurva Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap, oleh karena itu semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu, sebagaimana kurva-kurva biaya jangka pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang optimal (least cost combination) untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu), maka kurva-kurva biaya jangka panjang juga dibuat dengan menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik yang optimal (pada tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk memproduksi tingkat output tertentu.
Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat, input akan menduakali lipatkan biaya totalnya yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total TC yang linear, seperti dilukiskan oleh gambar  5.2.
Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat decreasing returns to scale, seperti telah dilukiskan pada gambar 5.3, input harus lebih dari dua kali lipat untuk menghasilkan output dua kali lipat.


Gambar 5.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang Constant Returns to Scale

Selanjutnya dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah (konstan), fungsi biaya yang berkaitan dengan suatu sistem produksi akan meningkat dengan tingkat kenaikan yang semakin besar, seperti ditunjukkan gambar 5.3.
Fungsi produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns dan kemudian decreasing returns telah dilukiskan dalam gambar 5.3. Di sini proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi kenaikan output pada kisaran decreasing returns to scale, tetapi lebih besar pada saat terjadi decreasing returns to scale.

Semua hubungan langsung antara fungsi produksi dan fungsi biaya yang dijelaskan di atas didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga input adalah konstan. Jika harga-harga input merupakan fungsi dari output, maka fungsi biaya tersebut akan menunjukkan kenyataan itu. Misalnya, fungsi biaya suatu prusahaan pada keadaan constant returns input yang dibeli, akan berbentuk seperti ditunjukkan oleh gambar 5.3. proporsi kenaikan biaya akan lebih besar dari proporsi kenaikan output.


Gambar 5.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang Increasing Returns to Scale

Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi berhubungan, sifat dari harga-harga input harus ditelaah lebih dahulu sebelum kita mencoba untuk menghubungkan sebuah fungsi biasa dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga-harga input dan produktivitas secara bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.

2.5 Analisis Pulang - Pokok
Analisis pulang-pokok (break even analysis) atau sering juga disebut analisis konstribusi laba merupakan teknik analisis penting yang digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan dan laba. Sifat analisis pulang-pokok ini dilukiskan dalam gambar 5.4 yakni sebuah grafik dasar pulang-pokok, yang terbentuk dari kurva biaya total (TC) dan penerimaan  dan  penerimaan  total (TR) suatu perusahaan. Volume output ditunjukkan oleh sumbu horisontal, sedangkan penerimaan dan biaya ditunjukkan pada sumbu vertikal. Karena biaya tetap (FQ) selalu konstan tanpa memandang berapapun jumlah output yang dihasilkan, maka FC tersebut ditunjukkan oleh garis yang mendatar. Biaya variabel (VQ) pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TC dan kurva FC. Kurva TR menunjukkan hubungan harga/permintaan akan produk perusahaan tersebut dan laba/kerugian pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TR dan kurva TC.
Walaupun gambar 5.4 disebut grafik pulang-pokok dan bisa digunakan untuk menentukan kuantitas output di mana perusahaan tersebut dimulai memperoleh laba yang positif, nilai analitisnya bisa juga digunakan untuk menentukan tingkat output pulang-pokok. Grafik tersebut menggambarkan hubungan penerimaan dan biaya pada seluruh tingkat output dan oleh karena itu bisa digunakan untuk menganalisis apa yang terjadi terhadap laba jika volume output berubah-ubah.

Gambar 5.4. Grafik Pulang-pokok


Analisis Pulang-pokok Linear
Dalam penerapan analisis pulang-pokok, hubungan yang linier biasanya digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis pulang-pokok nonlinear cukup menarik secara intelektual karena alasan pokok yaitu: (1) tampaknya masuk akal untuk menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan bisa dicapai hanya jika harga diturunkan, dan (2) analisis fungsi biaya menunjukkan bahwa biaya variabel rata-rata (AVC) akan turun pada kisaran output tertentu dan kemudian meningkat. Namun demikian, seperti tampak pada contoh, analisis linear cukup memadai untuk berbagai penggunaan.
Grafik pulang-pokok memungkinkan seseorang memusatkan perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari laba seperti penjualan, biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC). Selain itu, walaupun grafik peluang-pokok linear dilukiskan mulai dari tingkat output sama dengan nol sampai dengan tingkat output yang paling tinggi, tetapi tak seorang pun yang menggunakan analisis ini yang akan memikirkan tingkat output yang tertinggi dan terendah tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik pulang-pokok sesungguhnya hanya memperhatikan kisaran output yang relevan dan di dalam kisaran tersebut fungsi linear mungkin cukup tepat.
Gambar 5.5 menunjukkan sebuah grafik pulang-pokok yang linear. Biaya tetap (FQ) sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel (VC) dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total (TQ) akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan. Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total (TR) adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,- untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya.
Sampai titik pulang-pokok, yang ditunjukkan oleh perpotongan antara garis TR dan garis TC, perusahaan tersebut menderita kerugian. Selain melampaui titik tersebut, perusahaan itu mulai memperoleh laba. Gambar 5.5 menunjukkan titik pulang-pokok pada tingkat penjualan dan tingkat biaya sebesar Rp 150 juga yang terjadi pada tingkat produksi sebanyak  50.000 unit.

Gambar 5.5. Grafik Pulang-pokok Yang Linear

Untuk dapat menggunakan sumber daya, produsen harus membayar kepada pemilik sumber daya paling tidak opportunity cost dari sumber daya tersebut bagi pemiliknya.
Biaya eksplisit perusahaan adalah pembayaran tunai untuk sumber daya yang dibeli di pasar sumber daya: upah, sewa, bunga, asuransi, pajak dan sejenisnya. Disamping adanya pengeluaran tunai langsung ini, atau biaya eksplisit, perusahaan juga menghadapi biaya implisit yang merupakan opportunity cost dari penggunaan sumber daya milik perusahaan atau pemilik perusahaan. Contohnya meliputi penggunaan bangunan milik perusahaan sendiri, penggunaan dana perusahaan atau waktu dari pemilik perusahaan.

Beberapa sumber daya, seperti tenaga kerja disebut sebagai sumber daya variabel karena dapat dilihat dengan cepat untuk mengubah jumlah output. Dalam jangka panjang tidak ada sumber daya tetap. Dalam jangka pendek, setidaknya ada satu sumber daya tetap.
Dapat diperdebatkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan karena faktor-faktor variabel tidak perlu berhubungan dengan biaya variabel. Misalnya, jika perusahan tidak perlu membayar satu senpun kepada pemilik faktor tetap, bila perusahaan tidak mengganakan faktor apapun; maka semua pembayaran untuk faktor semacam itu harus dimasukkan dalam faktor tetap. Pembedaan antara biaya tetap dan biaya variabel. Jika output naik, maka biaya total selalu naik. Hanya biaya rata-rata dan biaya marjinal yang dapat turun apabila output naik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan-hubungan biaya memainkan peran kunci dalam hampir semua keputusan manajerial. Konsep-konsep biaya menunjukkan hubungan antara fungsi biaya dengan fungsi produksi dan beberapa hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Walaupun konsep biaya relevan berbeda-beda untuk suatu keadaan dengan keadaan lainnya, tetapi ada beberapa hubungan yang umum ditemui dalam analisis biaya tersebut. Pertama, biaya relevan biasanya didasarkan pada konsep penggunaan alternatif : biaya relevan suatu sumberdaya ditentukan oleh nilainya dalam penggunaan alternatif yang terbaik.  Kedua, biaya relevan dari sebuah keputusan hanya mencakup biaya-biaya yang dipengaruhi oleh tindakan yang sedang dilakukan. Inilah yang disebut dengan biaya inkremental. Jika satu biaya tertentu tidak berubah dengan adanya suatu tindakan, maka biaya inkremental yang relevan adalah sama dengan nol.
Penggunaan konsep biaya relevan membutuhkan suatu informasi tentang hubungan biaya/ output dari sebuah perusahaan atau fungsi biayanya. Fungsi biaya tersebut ditentukan oleh fungsi produksi dan fungsi penawaran input yang digunakan perusahaan tersebut, di mana fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara input dan output dan harga-harga input mengubah hubungan fisik tersebut menjadi fungsi biaya/output. Dua fungsi biaya yang utama yang digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan manajerial adalah fungsi biaya jangka pendek yang digunakan dalam keputusan-keputusan sehari-hari dan fungsi biaya jangka panjang yang digunakan untuk tujuan-tujuan perencanaan. Jangka pendek adalah periode waktu di mana beberapa sarana produksi sebuah perusahaan tidak bisa diubah, dan jangka panjang adalah peride waktu yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah sistem produksinya secara penuh melalui penambahan, pengurangan atau penggantian asset-asetnya.
Bentuk kurva biaya ditentukan oleh adanya economic scale atau diseconomic scale. Jika terjadi economic scale, maka elastisitas biaya terhadap output akan lebih kecil dari  satu (ec < 1), dan biaya per unit akan turun jika output naik. Jika terjadi diseconomic scale, maka ec > 1, dan kurva biaya rata-rata (AC) akan menaik. Analisis pulang pokok merupakan suatu alat yang penting untuk menganalisis hubungan antara biaya tetap (FC), biaya variabel (VC), penerimaan, dan laba. Penggunaannya mencakup antara lain analisis pertambhan laba yang digunakan dalam konsep kontribusi laba.

Saran
Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan untuk memperoleh keuntungan, untuk memperoleh laba yang maksimal perusahaan perlu memperhitungkan segala biaya yang akan dikeluarkannya dengan biaya yang seminimal mungkin. Oleh karenanya sebaiknya perusahaan harus memperhitungkan berapa besar beban yang akan yang akan dikeluarkan dengan menggunakan teori-teori biaya produksi.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial – Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis. Yogyakarta: Edisi 4 : BPFE.
Kurniawan Paulus, Made Kembar Sri Budhi. 2015. Pengantar Teori Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Post a Comment for "MAKALAH ANALISIS BIAYA"