Laporan Uji Kandungan Urine terhadap Protein dan Glukosa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari tubuh kita
menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh
kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa
dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah
proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan
lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi
yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi
manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.
Sistem ekskresi adalah
system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan
atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni
adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan
dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan
warna kuning muda.Urin beraasal dari zat warna empedu.Urine berbau khas jika
diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2.kandungan air, urea,
asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida.
Volume urine normal, kisaran 900-1200ml
Manusia memiliki organ atau
alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa
hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya:
karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat
sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus
dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.
Buang air kecil merupakan
suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal
apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya.Mengalami perubahan
warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil.
Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi.
Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh
seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses
pemeriksaan urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam
menentukan diagnosa suatu penyakit.
Dalam praktikum uji urin,
peneliti dapat mengetahui kandungan yang ada dalam urin.Begitu pula dapat
mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin.Apabila zat yang
seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui
secara lebih cepat.kandungan zat yang terdapat pada urine.Maka dari itu,
penulis pun mengkaji percobaannya dalam pembuatan karya tulis ini.
1.2 Identifikasi Masalah
1.
Percobaan ini dilakukan
untuk mengetahui kaakteristik urine yang mengandung protein dan glukosa.
2.
Perlu adanya informasi
mengenai apa saja karakteristik urine yang normal.
3.
Percobaan dilaksanakan untuk
mengetahui ciri-ciri / karakteristik urine yang mengandung protein dan glukosa.
1.3 Pembatasan Masalah
1.
Percobaan ini dilakukan pada
objek baru yang ditemukan penulis selama percobaan ini berlangsung.
2.
Percobaan yang dilaksanakan
oleh penulis hanya dibatasi pada urine yang dapat mengandung ataupun tidak
mengandung protein dan glukosa.
3.
Percobaan dilaksanakan hanya
dibatasi pada pengujian protein dan glukosa terhadap urine yang dijadikan objek
percobaan.
1.4 Rumusan Masalah
1.
Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan, apa saja ciri-ciri/karakteristik urine yang normal?
2.
Mengapa sifat-sifat fisik
urine seperti warna, kekeruhan, dan pH, berbeda-beda pada setiap orang ?
3.
Apa yang menyebabkan
sehingga urine dapat mengandung protein dan glukosa?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri/karakteristik urine yang normal.
2. Untuk mengetahui mengapa sifat-sifat fisik urine seperti warna,
kekeruhan, dan pH, berbeda-beda pada setiap orang.
3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan sehingga urine dapat mengandung
protein dan glukosa.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagipelajar,dapat mengetahui dan
memahami tentang karakteristik
urine yang mengandung protein dan glukosa.
2. Bagi
guru,dapat
mengetahui dan memperhatikan siswa-siswi untuk kreatif dalam
menganalisis,memahami dan bekerja dalam proses pembelajaran mengenai uji kandungan urine, khususnya urine yang
mengandung protein dan glukosa.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Apa Itu “Urine” ?
Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan
umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang
terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin
berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.Urin dapat menjadi
penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna
kuning pekat atau cokelat.
2.2 Proses Pembentukan Urine
1.
Filtrasi (Penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan
glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel
pipih.Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan
dengan lumen tubulus kontortus proksimal.Dinding dalam kapsul Bowman tersusun
dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik
plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati
pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan
melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2.
Reabsorpsi (Penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus kontortus
distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal.
Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat
yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-,
HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan
transpor pasif.Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di
tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus
distal.
Proses reabsorpsi dimulai
ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke tubulus
kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+,
selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif.Bersamaan
dengan itu, filtrat menuju lengkung henle.Filtrat ini telah berkurang volumenya
dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus
kontortus proksimal.Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke
jaringan di sekitarnya.Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal.Pada
tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon
antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+,
NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan
yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki
kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan
bau pada urin.
3. Augmentasi (Pengumpulan)
Urin sekunder
dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul
ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya.Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin
mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan
tempat penimpanan sementara urin.
2.3 Apa Yang Dimaksud Dengan
“Protein” dan “Glukosa”?
Berdasarkan asalnya, protein
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu protein hewani (berasal dari hewan)
dan protein nabati (berasal dari tumbuhan). Protein hewani antara lain terdapat
dalam ikan, susu dan daging. Protein nabati antara lain terdapat dalam kedelai,
kacang buncis, dan kacang-kacangan yang lain; dalam makanan sehari-hari dapat
ditemukan antara lain pada tahu dan tempe.
Fungsi protein antara lain
sebagai sumber energi, sebagai bahan pembentuk substansi penting (hormon,
enzim, antibodi, dan kromosom); untuk pertahanan tubuh; untuk pemeliharaan dan
perbaikan sel, jaringan, dan organ; menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
keseimbangan asam-basa.
Sedangkan yang dimaksud
dengan glukosa menurut Wikipedia tahun 2016 adalah Glukosa, suatu gula
monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai
sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama
fotosintesis dan awal bagi respirasi.Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga
dekstrosa, terutama pada industri pangan.
Glukosa
merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat
menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa,
begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan
abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif.
Hal yang lebih penting bagi
organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula
heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus
amino suatu protein.Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak
fungsi berbagai enzim.Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang
kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif.Meski begitu,
komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf
periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi
protein.
2.4 Ginjal Dan Peranannya
Ginjal adalah organ ekskresi
dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.Sebagai bagian dari sistem urin,
ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya
bersama dengan air dalam bentuk urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajari
ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.
Manusia memiliki sepasang
ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di
kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa.Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal
adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas.Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
medial.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas
ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh
dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin,
umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain.Pada orang dewasa, rata-rata
ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan
ketebalan 3,5 cm dengan berat sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari
berat badan.[1] Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap
ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan
arteri renal, vena renal, dan ureter.
2.5 Apa Yang Dimaksud Dengan
Larutan “Biuret”?
Uji biuret digunakan untuk
menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan
peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan asam
amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida
merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu
molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi
tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi.
Adanya dua molekul asam
amino yang berikatan dengan ikatan peptida dan membentuk molekul protein.
Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan
perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna
ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret
dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida
(banyak asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek
ikatan peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah
muda.
2.6 Apa Yang Dimaksud Dengan Larutan
“Benedict”?
Larutan Benedict ditemukan
oleh ahli kimia Amerika, Stanley Rossiter Benedict.Larutan Benedict digunakan
untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel. Prinsip
pengujiannya sama dengan uji menggunakan larutan Fehling. Gula pereduksi yang
dapat diuji berupa monosakarida, disakarida kecuali sukrosa. Larutan Benedict
akan menguji keberadaan gugus aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa.
Larutan Benedict mengandung
sodium sitrat, natrium karbonat anhidrat, dan tembaga sulfit.7H2O, dan semua
garam tersebut dilarutkan dalam air.Terdapat perbedaan dengan larutan Fehling
yang berkerja pada basa kuat karena mengandung kalium hidroksida, sedangkan
dalam larutan Benedict hanya terdpat natrium karbonat sehingga tidak terlalu
basa.
Hasil positif yang ditunjukkan
dari uji ini adalah terbentukan endapan berwarna merah bata yang tidak larut.
Endapan merah bata diakibatkan reaksi dari ion logam tembaga(II) direduksi
menjadi tembaga (I). Uji gula reduksi menggunakan larutan Benedict sangat
sensitif hingga dapat mendeteksi kadar glukosa sebesar 0.1% dalam campuran,
sehingga sangat sering digunakan untuk sampel urin dan darah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif analisis, yaitu
mendeskripsikan tentang karakteristik urine yang normal dan abnormal, serta
ciri-ciri/sifat fisik urine yang mengandung protein dan glukosa.
3.2 Tempat dan
Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di ruang Laboratorium Biologi SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada hari Jum’at tepatnya pada tanggal 4Maret 2016.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Kajian Pustaka
Pengumpulan informasi dan data – data
yang diperlukan mengenai objek penelitian diperoleh
dari buku – buku dan internet.
2.
Observasi
Penelitian ini
dilakukan dengan melakukan observasi atau pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan gejala langsung pada objek penelitian.
3.
Eksperimentasi
Penelitian ini menggunakan
metode eksperimentasi atau melibatkan panca indra pada saat melakukan
pengamatan terhadap objek penelitian.
3.4
Metode Analisis Data
Metode
analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah metode analisis kualitatif.
3.5
Prosedur
Penelitian
3.5.1 Alat dan
Bahan :
-
Alat
:
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Penjepit tabung reaksi
4. Gelas beker 500 mL
5. Pemanas Bunsen
6. Korek api
7. Pipet tetes
8. Kertas tisu
9. Kertas label
10. Botol sampel urine yang transparan
-
Bahan
:
1. Sampel urine pagi (urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari
setelah bangun tidur)
2. Larutan Biuret
3. Larutan Benedict
3.5.2 Langkah Kerja :
-
Langkah
Kerja Untuk Sifat Fisik Urine :
1. Amatilah dan bandingkan beberapa sampel urine yang dibawa dari rumah,
dalam hal sifat-sifat fisiknya (misalnya warna, tingkat kekeruhan, dan pH).
2. Analisis dan catat hasil pengamatan.
-
Langkah
Kerja Untuk Kandungan Urine Terhadap Protein :
1. Masukkan 2 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi. Tambah 5 tetes
larutan Biuret.
2. Amati perubahan warnanya dan catat hasil pengamatannya.
-
Langkah
Kerja Untuk Kandungan Urine Terhadap Glukosa :
1. Tuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, tempelkan
kertas label agar tidak tertukar.
2. Teteskan larutan Benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi urine, kemudian kocok sebentar agar bercampur merata. Amati warnanya.
3. Kemudian panaskan hingga memanas beberapa saat dan terjadi perubahan
warna.
4. Biarkan hingga agak dingin. Amati perubahan warna urine di setiap tabung
reaksi dan analisis hasilnya.
5. Catat hasil pengamatannya.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari percobaan yang
dilakukan oleh penulis, maka didapatkan data hasil percobaan mengenai sifat
fisik urine serta kandungan protein dan glukosa yang terdapat pada urine seperti
pada tabel berikut.
Tabel Sifat
Fisik Urine :
No.
|
Nama
Siswa
|
Sifat
Fisik Urine
|
Keterangan
|
1.
|
Annisa
Fitri Nur Fadhilah
|
Kuning
|
Normal
|
2.
|
M. Aqshal
Meirizo
|
-
|
-
|
3.
|
Mutia
Anindri
|
Kuning
|
Normal
|
4.
|
Restu
Febrian
|
-
|
-
|
5.
|
Rizqy
Mahardika Paba
|
Kuning
|
Normal
|
6.
|
Theresia
Ulina Tarigan
|
Kuning
|
Normal
|
Tabel Uji
Kandungan Urine Terhadap Protein :
No.
|
Nama
Siswa
|
Keadaan
Setelah Ditetesi Larutan Biuret
|
Keterangan
|
1.
|
Annisa Fitri
Nur Fadhilah
|
Ada
endapan, dan berwarna kuning
|
Mengandung protein
|
2.
|
M. Aqshal
Meirizo
|
-
|
-
|
3.
|
Mutia
Anindri
|
Ada
endapan tipis, dan berwarna kuning
|
Mengandung sedikit protein
|
4.
|
Restu
Febrian
|
-
|
-
|
5.
|
Rizqy
Mahardika Paba
|
Ada
endapan, dan berwarna kuning
|
Mengandung protein
|
6.
|
Theresia
Ulina Tarigan
|
Ada
endapan yang tebal, dan berwarna kuning
|
Mengandung banyak protein
|
Tabel Uji
Kandungan Urine Terhadap Glukosa :
No.
|
Nama
Siswa
|
Warna
Setelah Ditetesi Larutan Benedict
|
Hasil Reaksi
|
Keterangan/Kandungan Glukosa
|
1.
|
Annisa
Fitri Nur Fadhilah
|
Kuning
keruh
|
++
|
1-1,5 %
|
2.
|
M. Aqshal
Meirizo
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
Mutia
Anindri
|
Kuning
coklat
|
+++
|
2-3,5%
|
4.
|
Restu
Febrian
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
Rizqy
Mahardika Paba
|
Hijau
kekuningan
|
+
|
0,5-1%
|
6.
|
Theresia
Ulina Tarigan
|
Kuning
keruh
|
++
|
1-1,5 %
|
4.2 Pembahasan
1. Berdasarkan Percobaan Yang
Telah Dilakukan, Apa Saja Ciri-Ciri/Karakteristik Urine Yang Normal?
Urine merupakan cairan yang dikeluarkan tubuh sebagai sisa-sisa
metabolisme tubuh yang sudah tidak berguna bagi tubuh.kita.Urine normal
biasanya berwarna kuning pucat jernih dan memiliki sifat asam.Perbandingan
kepadatannya adalah 1.015 hingga 1.025.Jumlah urine yang dihasilkan setiap hari
adalah sekitar 284 hingga 1.704 ml, tergantung pada jumlah air yang di minum dan
yang hilang sebagai keringat. Tentunya banyak penyakit yang bisa ditemukan
gejalanya melalui urine, untuk itu Anda perlu membedakan kandungan yang
terdapat pada urine normal maupun urine yang tidak normal ( yang mengandung
sinyalemen tentang penyakit tertentu ).
Kandungan yang
dimiliki pada urine normal dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Air 96%
2. Bahan Padat – 4%, terdiri atas : limbah dari hasil metabolisme protein –
asam urat, kreatinin, bahan purin urat. Garam – yaitu radikal dari garam
natrium, kalium dan kalsium ( sebagai klorida, sulfat, fosfat, dan oksalat ).
3. Pigmen – urobilinogen, urokroma, uretrin.
4. Amonia – uretrin
5. Bahan-bahan yang telah tercampur kedalam urine, misalnya jaringan epitel
dan bahan-bahan yang tidak berharga.
Sedangkan
bahan-bahan khusus yang mungkin terdapat dalam urine pada keadaan patologis
atau penyakit tertentu, dapat dilihat sebagai berikut.
1. Albumin – terdapat pada urine jika tubuh mengidap penyakit ginjal atau
penyakit jantung.
2. Darah – terdapat pada urine jika ada luka pada saluran atau sistem
urinaria.
3. Glukosa – terdapat pada urine jika tubuh mengidap penyakit diabetes (
kencing manis ).
4. Aseton dan asam diasetat – terdapat pada urine jika tubuh mengidap
diabetes mellitus dan menderita kelaparan.
5. Pigmen empedu – terdapat pada urine jika tubuh mengidap penyakit
jaundice.
Adapun menurut Rosid Marwanto tahun 2013, mengatakan bahwa ciri-ciri
urin normal adalah sebagai berikut.
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
Di sisi lain, adapun menurut Kliksma.com tahun 2015 mengatakan bahwa Urin,
cairan biasanya steril oleh-produk dari tubuh, disekresikan oleh ginjal melalui
proses yang disebut buang air kecil dan dikeluarkan melalui uretra. Metabolisme
sel menghasilkan banyak oleh-produk, banyak yang kaya nitrogen, yang memerlukan
penghapusan dari aliran darah. Ini oleh-produk yang akhirnya dikeluarkan dari
tubuh dalam proses yang dikenal sebagai berkemih, metode utama untuk buang air
bahan kimia yang larut dalam air dari tubuh. Bahan kimia ini dapat dideteksi
dan dianalisis dengan urinalisis.Kondisi penyakit tertentu dapat menyebabkan
patogen yang terkontaminasi urin.
Ciri-ciri fisik yang dapat diterapkan untuk urine meliputi warna,
kekeruhan (transparansi), bau (bau), pH (keasaman – alkalinitas) dan kepadatan.
Penjelasannya akan djabarkan di bawah ini :
1. Warna: Biasanya kuning-kuning, tetapi bervariasi sesuai dengan diet
terbaru dan konsentrasi urin. Minum lebih banyak air pada umumnya cenderung
mengurangi konsentrasi urin, dan karena itu menyebabkan ia memiliki warna lebih
terang.
2. Bau: Bau urin dapat memberikan informasi kesehatan. Sebagai contoh,
urine penderita diabetes mungkin memiliki bau manis atau buah-buahan karena
adanya keton (molekul organik dari struktur tertentu). Umumnya urin segar
memiliki bau ringan tetapi urin berusia memiliki bau yang lebih kuat mirip
dengan amonia.
3. Keasaman: pH adalah ukuran keasaman (atau alkalinitas) dari solusi. PH
zat (solusi) biasanya direpresentasikan sebagai angka mulai dari 0 (asam kuat)
sampai 14 (alkali kuat, juga dikenal sebagai “basis”). Air murni adalah
“netral” dalam arti bahwa itu adalah tidak asam atau alkali; oleh karena itu
memiliki pH 7. Makna sebenarnya dari pH dalam hal kimia fisik adalah bahwa hal
itu mengukur aktivitas ion hidrogen (H +) dalam suatu larutan.
4. PH urine yang normal umumnya dalam kisaran 4,6-8, dengan rata-rata yang
khas berada di sekitar 6.0. Banyak variasi terjadi karena diet. Misalnya, diet
protein tinggi menyebabkan urin lebih asam, tapi diet vegetarian umumnya
menghasilkan urin lebih basa (baik dalam kisaran khas 4,6-8).
5. Kepadatan: Kepadatan juga dikenal sebagai “berat jenis”. Ini adalah
rasio berat volume zat dibandingkan dengan berat volume yang sama dari air
suling. Kepadatan berkisar urine yang normal 0,001-0,035.
2. Mengapa Sifat-Sifat Fisik
Urine Seperti Warna, Kekeruhan, Dan Ph, Berbeda-Beda Pada Setiap Orang ?
Warna
urine setiap orang berbeda-beda.Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dimakan (termasuk obat-obatan), jenis kegiatan atau dapat pula
disebabkan oleh penyakit.Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna
bening sampai warna kuning pucat.pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urine akan
menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urine akan menjadi
lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran.
Tingkat
kekeruhan urine bergantung pada kadar air dalam tubuh dan lama waktu setelah
urine dikeluarkan. Apabila dalam tubuh banyak mengandung air, maka urine akan
lebih cair dan lebih jernih. Selain itu urine yang masih segar akan tampak
jernih sedangkan urine yang telah lama didiamkan akan berubah menjadi keruh.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi urine seseorang, yaitu :
•
Penggunaan obat-obatan
tertentu
•
Stress (fisik, emosional),
demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa
darah.
•
Aktifitas berlebihan dan
muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan
kadar glukosa darah.
•
Usia. Orang lansia memiliki
kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses
penuaan.
3.
Apa
Yang Menyebabkan Sehingga Urine Dapat Mengandung Protein Dan Glukosa?
Urine yang mengandung protein ditandai dengan jika urine di campur
dengan larutan biuret akan menghasilkan perubahan warna menjadi ungu.Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal
(glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid),
demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia,
eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection).Adanya endapan saat
melakukan tes urine menguji kandungan glukosa, setelah di panaskan, itu
bertanda adanya zat-zat yang tidak terserap, tetapi seharusnya zat itu di serap
oleh tubuh.Misalnya zat kreatin, dan lain-lain.
Sedangkan urine yang mengandung glukosa adalah urine yang jika di campur
dengan larutan benedict akan meng-hasilkan warna merah bata (setelah di
panaskan). Jika urine menghasilkan warna biru yang tetap tetapi agak lebih tua,
maka kandungan glukosa kurang dari 1% yaitu glukosa-nya hanya 0,3%. Bila urine
terlalu banyak mengandung glukosa maka akan terkena diabetes.
Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa.Banyak
dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung
dan tetes tebu.Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan
amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa.Glukosa darah merupakan bahan bakar utama
yang akan diubah menjadi energi atau tenaga dan juga merupakan hasil yang
paling besar. Sebagai sumber energi, glukosa ditranspor dari sirkulasi darah
kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk dimetabolisme.
Sebagian glukosa yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses
glikolisis dan sebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi
glikogen, dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan.
Kadar glukosa darah puasa normal sewaktu puasa adalah 80-90 mg/dL. Konsentrasi
tersebut meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama jam pertama atau lebih setelah
makan dan normal dalam waktu 2 jam setelah absorpsi karbohidrat yang terakhir.
Jika kadar urine terlalu besar dalam darah maka akan dibuang melalui
urine, padahal kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus
muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam).Glukosuria (kelebihan gula dalam
urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun.Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun,
glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang
diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip
diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari percobaan
yang dilakukan penulis, didapatkan beberapa simpulan, yaitu :
1.
Ciri-ciri fisik yang dapat ditemukan
pada urine normal, yaitu warna, kekeruhan (transparansi), bau (bau), pH
(keasaman – alkalinitas) dan kepadatannya sesuai dengan kandungan/batasan
normal urine pada umumnya, sedangkan pada urine yang tidak normal biasanya
mengandung banyak protein dan glukosa yang berlebih.
2.
Warna urine setiap orang
berbeda-beda dikarenakan biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan
(termasuk obat-obatan), jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit.
3.
Urine yang mengandung
protein ditandai dengan jika urine di campur dengan larutan biuret akan
menghasilkan perubahan warna menjadi ungu, sedangkan urine yang mengandung
glukosa adalah urine yang jika di campur dengan larutan benedict akan
meng-hasilkan warna merah bata (setelah di panaskan).
5.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, penulis menyarankan agar sewaktu percobaan
sedang dilaksanakan, diharapkan agar teliti dan berhati-hati dalam mengelola
bahan-bahan yang dikelola sewaktu praktikum sedang dilaksanakan. Selain itu,
kecermatan dalam mengamati hasil dalam proses praktikum sangatlah diajurkan
agar data-data yang didapatkan sewaktu praktikum benar-benar riil dan bukan
merupakan kesalahan dalam praktikum.
Post a Comment for "Laporan Uji Kandungan Urine terhadap Protein dan Glukosa"