Kerajaan-kerajaan yang Ada di Indonesia
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
memiliki banyak kebudayaan, dan kebudayaan-kebudayaan itu muncul dari
kerajaan-kerajaan terdahulu yang sempat menjadi sejarah di Indonesia. Hingga
saat ini pun adat kebudayaan itu masih melekat pada masyarakat Indonesia.
Selain membawa pengaruh adat dan kebiasaan,kerajaan-kerajaan itu pun membawa
beberapa pengaruh agama. Beberapa kerajaan – Kerajaan itu merupakan tonggak
dari sejarah Indonesia,terutama terhadap Kerajaan – Kerajaan yang melakukan
penyebaran agama Islam di Nusantara. Kerajaan – Kerajaan itu sangatlah memiliki
peranan yang penting dan menjadi tonggak sejarah pernyebaran agama Islam di
Nusantara.
Proses
penyebarannya pun mengalami banyak cara atau metode sehingga penyebarannya
dapat dilakukan dengan merata pada setiap kerajaan. Kerajaan – Kerajaan itu
merupakan salah satu faktor penyebaran agama Islam di Nusantara sehingga
berkembang seperti pada saat ini. Dalam melakukan penyebaran agama Islam di
Nusantara,tentunya Kerajaan – Kerajaan tersebut memiliki metode atau cara yang
berbeda – beda dalam proses penyebarannya. Cara atau metode itupun merupakan
salah satu taktik atau cara yang dilakukan pada masing – masing Kerajaan demi
tersebarnya agama Islam pada masing – masing Kerajaan.Akan tetapi,dalam
melakukan proses penyebarannya,Kerajaan – Kerajaan tersebut tidaklah dengan
mudah menyebarkan agama Islam hingga ke seluruh masing – masing Kerajaan.
Kegigihan dan keberanian para tokoh – tokoh yang
menyebarkan agama Islam di Nusantara juga menjadi salah satu faktor
keberhasilan dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Tentunya mereka juga
memiliki tekad dan jiwa yang kuat dalam menghadapi berbagai rintangan dan hal
apapun yang menghadang demi tersebarnya agama Islam di Nusantara. Melalui
berbagai cara dan metode tertentu,mereka pun dapat menyebarkan agama Islam ke
penjuru tanah air.
Akan tetapi, dalam hal ini penulis hanya mengkaji
mengenai Kerajaan Samudera Pasai,Kerajaan Aceh Darussalam,dan Kerajaan Islam di
Riau,sehingga dapat dikaji dan diketahui bagaimana proses penyebaran agama
Islam di Nusantara,serta cara atau metode yang dilakukan dari masing – masing
Kerajaan untuk menyebarkan agama Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
proses masuknya Islam ke Nusantara?
2. Bagaimanakah proses
mencapai masa kejayaan pada Kerajaan Samudera Pasai,Kerajaan Aceh
Darussalam,dan Kerajaan Islam di Riau?
3. Apa sajakah cara atau
metode yang dilakukan dalam melakukan penyebaran agama Islam?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses penyebaran agama Islam ke
Nusantara.
2.
Untuk
mengetahui proses mencapai masa kejayaan pada Kerajaan Samudera Pasai,Kerajaan
Aceh Darussalam dan Kerajaan Islam di Riau.
3.
Untuk
mengetahui cara atau metode yang dilakukan dalam proses penyebaran agama Islam.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis,yaitu
dapat meningkatan mutu penulisan karya
tulis dan mengetahui kerajaan-kerajan Islam di Nusantara pada Kerajaan Samudera
Pasai,Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan Islam di Riau.
2. Bagi pelajar,yaitu
dapat mengetahui cara / metode serta proses penyebaran agama Islam di
Nusantara.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1Seputar Mengenai Kerajaan
Samudera Pasai
Kerajaan
Samudra Pasai muncul pada sekitar abad 13, setelah kehancuran kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan ini terletak lebih kurang 15 km di sebelah timur
Lhokseumawe. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu yang kemudian berganti nama
menjadi Malik As Saleh setelah beliau memeluk agama Islam.Kerajaan ini
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Sultan Malik As Saleh berkuasa
lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan
dari Kerajaan Pase dan Peurlak. Adanya Samudera Pasai ini diperkuat oleh
catatan Ibnu Batutah, sejarawan
dari Maroko. Kronik dari orang-orang Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu
Batutah, Samudera Pasai merupakan pusat studi Islam. Ia berkunjung ke kerajaan
ini pada tahun 1345-1346. Ibnu Batutah menyebutnya sebagai “Sumutrah”,
ejaannya untuk nama Samudera, yang kemudian menjadi sumatera.Dan berdasarkan
catatan Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai sejak seabad yang lalu, jadi
sekitar abad ke-12 M.
2.2
Seputar Mengenai Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan
Samudera Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera
Pasai ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus
mengalami kemunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M,
kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali
Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M) . Pada
tahun 1524 M, Mughayat Syah berhasil menaklukkan Pasai, dan sejak saat itu, menjadi
satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Bisa
dikatakan bahwa, sebenarnya kerajaan Aceh ini merupakan kelanjutan dari
Samudera Pasai untuk membangkitkan dan meraih kembali kegemilangan kebudayaan
Aceh yang pernah dicapai sebelumnya.
Dalam sejarah nasional Indonesia, Aceh sering disebut
sebagai Negeri Serambi Mekah, karena Islam masuk pertama kali ke Indonesia
melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini. Sesuai dengan namanya, Serambi
Mekah, orang Aceh mayoritas beragama Islam dan kehidupan mereka sehari-hari
sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam ini. Oleh sebab itu, para ulama merupakan
salah satu sendi kehidupan masyarakat Aceh. Selain dalam keluarga, pusat
penyebaran dan pendidikan agama Islam berlangsung di dayah dan rangkang
(sekolah agama). Guru yang memimpin pendidikan dan pengajaran di dayah disebut
dengan teungku. Jika ilmunya sudah cukup dalam, maka para teungku tersebut
mendapat gelar baru sebagai Teungku Chiek. Di kampung-kampung, urusan keagamaan
masyarakat dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan tengku meunasah.
2.3
Seputar Mengenai Kerajaan Islam Di Riau
Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islamyang pernah berdiri di Kabupaten Siak,
Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini
didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung.Dalam perkembangannya,
Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaanbahari yang kuat dan
menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialismeEropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas diKalimantan Barat,
sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan.Pasang
surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan
jalur perdagangan di Selat Malaka.
Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir,Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung denganRepublik Indonesia.
Kata Siak
Sri Inderapura, secara harfiah dapat bermakna pusat kota raja yang taat beragama, dalam bahasa Sanskerta, sri berarti
"bercahaya" danindera atau indra dapat bermakna raja.
Sedangkan pura dapat
bermaksud dengan "kota" atau "kerajaan". Siak dalam anggapan masyarakat
Melayu sangat bertali erat dengan agama Islam, Orang Siak ialah orang-orang yang ahli agama Islam, kalau
seseorang hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai Orang Siak.Nama Siak, dapat merujuk
kepada sebuah klan di kawasan antara Pakistan dan India,Sihag atau Asiagh yangbermaksud pedang. Masyarakat ini dikaitkan
dengan bangsaAsii, masyarakat nomaden yang disebut oleh masyarakat Romawi, dan diidentifikasikan sebagai Sakai oleh Strabo seorang penulis geografi dari Yunani.Berkaitan dengan ini pada sehiliran Sungai Siak sampai
hari ini masih dijumpai masyarakat terasing yang dinamakan sebagai Orang Sakai
BAB
III
METODOLOGI
PENULISAN
3.1
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan karya ini
merupakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan tentang kerajaan –
kerajaan Islam di Nusantara.Akan tetapi,dalam hal ini,penulis hanya mendeskripsikan
tentang kerajaan Samudera Pasai,Kerajaan Aceh Darussalam,dan Kerajaan Islam di
Riau.
3.2
Tempat dan waktu penulisan
Penulisan karya inidilakukandi SMA Plus Negeri 2
Banyuasin III dan dilaksanakanpadatanggal
01 Maret – 03 Maret 2015.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis berusaha mendapatkan hasil yang
baik. Oleh karena itu, penulis menggunakan beberapa cara dalam mengumpulkan
data, antara lain sebagai berikut.
a.)
KajianPustaka
Untuk melengkapi
data-data yang diperlukan dalam penulisan karya tulis ini, penulis mempelajari
dan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas
sebagai dasar pemikiran dan untuk memperkuat data sebagai kajian teori.
b.)
Dokumentasi
Penulisan karya tulis ini juga dilengkapi
dengan gambar(dokumentasi).
3.4
Metode Analisis Data
Adapun metode analisis data yang digunakan untuk
menganalisis data hasil penulisan karya tulis ini adalah metode deskriptif
analisis, yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif mengenai
hal hal yang berkaitan Kerajaan – Kerajaan Islam di Nusantara (Kerajaan
Samudera Pasai,Kerajaan Aceh Darussalam,dan Kerajaan Islam di Riau).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Bagaimana Proses Masuknya Islam Ke
Nusantara?
Dalam kajian ilmu
sejarah, tentang masuknya Islam di Indonesia masih “debatable”. Oleh karena itu
perlu ada penjelasan lenih dahulu tentang penegrtian “masuk”, antara lain:
- Dalam arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).
- Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.
- Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).
Selain itu juga
masing-masing pendapat penggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi,
beberapa tulisan dari sumber barat, dan timur. Disamping jiga berkembang dari
sudut pandang Eropa Sentrisme dan Indonesia Sentrisme.
Beberapa
Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
1.
Islam Masuk ke
Indonesia Pada Abad ke 7:
1. Seminar
masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan
Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja
Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada
koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2. Dari
Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum
Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang
muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
3.
Dari Gerini
dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa
kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun
606-699 M.
4.
Prof. Sayed
Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization
of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum
muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
5. Prof.
Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada
tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6. Prof.
S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India
dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis
menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum
muslimin Indonesia.
7. W.P.
Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese
sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya
Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab
Muslim).
8. T.W.
Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The
Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun
1 Hijriyah (Abad 7 M).
2.
Islam Masuk Ke
Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam
panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan
rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka
tahun (dimasehikan 1082)
3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
1. Catatan
perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam
Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
2. K.F.H.
van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase
(mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
3. J.P.
Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk
Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke 13.
4. Beberapa
sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih
cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13,
berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
4.2
Bagaimana Proses Masa Kejayaan Pada
Kerajaan Samudera Pasai?
Berdasarkan Hikayat
Raja-raja Pasai,
menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan
seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.Marah Silu ini sebelumnya
berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan
Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk
pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali.
Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat
beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat
nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).
Pemerintahan
Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan
putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di
Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan
perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian
sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai tahun 1345. Pada masa
pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan
bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan
penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik az-Zahir, datang
serangan dari Majapahit antara tahun 1345 dan 1350,
dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan.
Pusat
pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai),Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya
sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki
benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya
dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya.
Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, danpasar serta
dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau
muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal
terbalik.Sehingga penamaanLhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putarkemungkinan
berkaitan dengan ini. Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dankadi. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun
perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi
kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya
juga bergelar sultan.
Pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai,
kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di
Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah
menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai.
Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai.
Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini
menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
Menjelang
masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di
Pasai yang mengakibatkanperang saudaramenceritakan Sultan Pasai meminta
bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan
tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan
oleh Portugal tahun 1521yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan
Aceh.
4.3
Bagaimana Proses Masa Kejayaan Pada
Kerajaan Aceh Darussalam?
Meskipun
Sultan dianggap sebagai penguasa tertinggi, tetapi nyatanya selalu dikendalikan
oleh orangkaya atau hulubalang. Hikayat Aceh menuturkan Sultan yang diturunkan paksa
diantaranya Sultan Sri Alam digulingkan pada 1579 karena perangainya yang sudah
melampaui batas dalam membagi-bagikan harta kerajaan pada pengikutnya.
Penggantinya Sultan Zainal Abidin terbunuh beberapa bulan kemudian karena
kekejamannya dan karena kecanduannya berburu dan adu binatang. Raja-raja dan
orangkaya menawarkan mahkota kepada Alaiddin Riayat Syah Sayyid al-Mukamil dari
Dinasti Darul Kamal pada 1589. Ia segera mengakhiri periode ketidak-stabilan
dengan menumpas orangkaya yang berlawanan dengannya sambil memperkuat posisinya
sebagai penguasa tunggal Kesultanan Aceh yang dampaknya dirasakan pada sultan
berikutnya.
Kesultanan
Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau
Sultan Meukuta Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang
merupakan sumber timahutama. Pada tahun 1629, kesultanan
Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang
terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam
upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Sayangnya ekspedisi ini
gagal, meskipun pada tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan
banyak membawa penduduknya ke Aceh.
Pada masa
Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar Muda)
didatangkan perutusan diplomatik ke Belanda pada tahun 1602 dengan pimpinan
Tuanku Abdul Hamid. Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin
dunia seperti ke Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau, danRatu Elizabeth I. Semua ini dilakukan untuk memperkuat posisi
kekuasaan Aceh.
4.4 Bagaimana Proses
Masa Kejayaan Pada Kerajaan Islam di Riau?
Membandingkan
dengan catatan Tomé
Pires yang ditulis antara tahun 1513-1515,Siak merupakan
kawasan yang berada antara Arcat dan Indragiri yang disebutnya
sebagai kawasan pelabuhan raja Minangkabau, kemudian
menjadi vasal Malaka sebelum ditaklukan oleh Portugal.
Sejak jatuhnya Malaka ke
tangan VOC, Kesultanan
Johor telah mengklaim Siak sebagai bagian dari
wilayah kedaulatannya. Hal ini berlangsung hingga kedatangan Raja Kecil yang
kemudian mendirikan Kesultanan Siak.
Dalam Syair Perang Siak, Raja Kecil didaulat menjadi penguasa Siak
atas mufakat masyarakat di Bengkalis. Hal ini bertujuan untuk melepaskan
Siak dari pengaruh Kesultanan Johor.Sementara dalam Hikayat Siak, Raja Kecil disebut juga dengansang pengelana pewaris Sultan
Johor yang kalah dalam perebutan kekuasaan.Berdasarkan korespondensi Sultan Indermasyah Yang Dipertuan Pagaruyung dengan Gubernur Jenderal Belanda di Melaka waktu itu, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil merupakan saudaranya yang diutus untuk urusan
dagang dengan pihak VOC.Kemudian Sultan Abdul Jalil dalam suratnya tersendiri
yang ditujukan kepada pihak Belanda, menyebut dirinya sebagai Raja Kecil dari Pagaruyung, akan
menuntut balas atas kematian Sultan Johor.
Sebelumnya
dari catatan Belanda, dikatakan bahwa pada tahun 1674
telah datang utusan dari Johor meminta bantuan rajaMinangkabau untuk berperang melawan
raja Jambi. Dalam salah satu versi Sulalatus Salatin, juga menceritakan tentang
bagaimana hebatnya serangan Jambi ke Johor (1673), yang
mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan Johor, yang sebelumnya juga telah
dihancurkan oleh Portugal dan Aceh.Kemudian berdasarkan surat dari
raja Jambi,Sultan Ingalaga kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa
Sultan Abdul Jalil hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.
Pada tahun
1718, Sultan Abdul Jalil berhasil menguasai Kesultanan Johorsekaligus mengukuhkan dirinya
sebagai Sultan Johor dengan gelar Yang
Dipertuan Besar Johor. Namun pada tahun 1722, terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Raja Sulaiman anak Bendahara Johor, yang juga menuntut hak atas
tahta Johor. Atas bantuan pasukan bayaran dari Bugis, Raja Sulaiman kemudian berhasil
mengkudeta tahta Johor, dan mengukuhkan dirinya menjadi penguasa Johor di
Semenanjung Malaysia. Sementara Sultan Abdul Jalil, pindah ke Bintan dan pada tahun 1723 membangun pusat pemerintahan
baru di sehiliran Sungai Siak dengan nama Siak Sri Inderapura. Sementara
pusat pemerintahan Johor yang sebelumnya berada sekitar muara Sungai Johor ditinggalkan begitu saja, dan menjadi status quo dari masing-masing
penguasa yang bertikai tersebut. Sedangkan klaim Raja Kecil sebagai pewaris sah
tahta Johor, diakui oleh komunitasOrang Laut. Orang Laut merupakan kelompok
masyarakat yang bermukim pada kawasan Kepulauan Riau yang membentang dari timur
Sumatera sampai ke Laut Cina Selatan, dan loyalitas ini terus bertahan
hingga runtuhnya Kesultanan Siak.
4.5
Cara atau Metode Apa Sajakah Dalam
Proses Penyebaran Agama Islam?
Penyiaran agama Islam
dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
§ Perdagangan.
Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat
menguntungkan dan lebih efektif cara-cara lain. Apalagi yang terlibat bukan
hanya masyarakat dari golongan bawah melainkan juga dari golongan atas seperti
kaum bangsawan atau para raja.
§ Perkawinan.
Para pedagang Islam dalam melakukan perdagangan
memerlukan waktu yang lama,sehingga harus menetap di suatu daerah tertentu.
Keadaan ini mempercepat hubungan dengan kaum pribumi/bangsawan. Terkadang juga
sampai dengan perkawinan, sehingga melalui perkawinan terlahir seorang muslim.
§ Politik.
Pengaruh kekuasaan seorang raja berpengaruh besar
dalam proses Islamisasi. Setelah raja memeluk Islam, maka rakyatnya mengikuti
jejak rajanya. Setelah tersosialisasi dengan agama Islam, maka kepentingan
politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaanyang diikuti dengan
penyebaran agama Islam.
§ Pendidikan.
Para ulama, guru agama atau para kyai juga
memiliki peran penting dalam penyebaran Islam. Dengan mendirikan pondok
pesantren sebagai tempat pengajaran agama Islam bagi para santri.
§ Kesenian.
Melalui kesenian penyebaran agama Islam dapat
dilakukan seperti melakukan pertunjukan wayang dan gamelan. Kesenian tersebut
sangat digemari masyarakat. Dengan bercerita atau berdakwah para ulama dapat
menyisipkan ajaranagama Islam.
§ Tasawuf.
Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang
dapat membantu rakyat, seperti menyembuhka penyakit dan lain-lain. Penyebaran
agama Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran
dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran Islam dengan mudah
diterima masyarakat.Melalui berbagai saluran di atas, Islam dapat diteima dan
berkembang pesat sejak sekitar abad ke-13 M. Dengan alasan sebagai
berikut:
§ Islam bersifat terbuka,
sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa saja atau oleh
setiap seorang muslim.
§ Penyebaran agama Islam
dilakukan secara damai.
§ Islam tidak membedakan
kedudukan seseorang dalam masyarakat.
§ Upacara-upacara dalam
agama islam dilakukan dengan sederhana.
§ Ajaran Islam berupaya
untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan adanya kewajiban
zakat bagi yang mampu.
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Simpulan
1.
Proses masuknya Islam ke Nusantara banyak melalui proses dan berbagai silang
pendapat, seperti pada teori – teori yang pernah dikenal tentang proses
masuknya agam Islam ke Nusantara, yaitu teori Gujarat, teori Persia, dan teori
Arab.
2.
Proses masa kejayaan pada masa Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Aceh Darussalam,
dan Kerajaan Islam di Riau begitu panjang dan melalui berbagai tahap – tahap, mulai dari awal permulaan
pemerintahan Kerajaan - Kerajaan
tersebut hingga berlangsungnya masa pemerintahannya serta meruntuhnya masing –
masing Kerajaan.
3.
Ada
berbagai cara dalam menyebarkan
agama Islam di Indonesia,yaitu dapat dilakukan dengan cara melalui jalur
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik dan peran ulama.
5.2 Saran
Dalam penulisan karya tulis ini
begitu banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis sangatlah
mengharapkan kritik yang membangun dari Bapak Pembimbing agar karya tulis ini
dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Post a Comment for "Kerajaan-kerajaan yang Ada di Indonesia"