Cerpen Aku Ingin Menjadi Seperti Ayah
Aku
Ingin Menjadi Seperti Ayah
Hari demi hari ku lewati,
detik jam pun tak terasa, tanpa ku sangka sangat cepat sekali ayah meninggalkan
kami. Meninggalkan kami dengan penuh kenangan. Ingin sekali rasanya kenangan
bersama ayah terulang kembali. Biasanya sehabis pulang kerja ayah selalu
mencium kepala ku dan adikku, kemudian selalu membelikan kami es krim. Dan sekarang
itu hanya bisa menjadi kenangan yang sangat aku rindukan.
Ku ingat lagi hari dimana
ayah ku mengalami kecelakaan pada saat menjalankan tugasnya memadamkan kobaran
api besar yang membakan habis pabrik minyak. Besar sekali pengorbannan ayahku
untuk membantu orang yang terjebak di dalam kobaran api yang besar, sehingga
ayahku kehilangan nyawanya. Itu mungkin sudah menjadi takdir ayah dan keluarga
kami. Sekarang kami harus menerima keadaan ini dengan ikhlas.
Aku duduk termenung di
halaman rumah memikirkan hal tersebut, hingga air mata ku hampir menetes. Tiba-tiba
aku terkejut ketika adik ku datang menghampiriku.
“kak, kakak sedang apa disini,
kelihatannya kakak sedang memikirkan sesuatu” tanya adik ku.
“tidak ada kok, kakak tidak
memikirkan apapun,kakak hanya sedang memandangi langit” jawab ku.
“indah sekali ya kak langit itu,
apakah surga seindah itu kak?” Tanya adik ku lagi.
“ memang langit itu indah dik, bahkan
surga lebih indah dari langit itu, itu semua nikmat dari tuhan” balasku.
“menurut kakak, apa yang sedang
dilakukan ayah di sana ya kak?” Adik ku
terus bertanya .
“pastinya ayah sedang bahagia dik
disana”. Jawabku.
“ohh.. Jadi enak dong kak di surga
itu? “ Tanya adik ku.
“iya dong pastinya, jika kamu ingin
kesurga , kamu harus rajin beribadah dan selalu berbuat kebaikan” jawab ku.
“oke baiklah kak, kak aku pergi ke
kamar dulu yah” balas adik ku.
“iya dik” jawabku kembali.
Kemudian adik ku pergi menuju
kamarnya. Sedih sekali rasanya melihat adik ku yang masih kecil sudah
ditinggalkan ayah. Terlintas di pikiran ku tentang pengorbanan ayahku kembali. Dari
pengorbanan ayah ku itu aku termotivasi untuk melanjutkan perjalanan ayah. Sebentar lagi aku menghadapi Ujian
Nasional, kemudian jika aku sudah menyelesaikan Ujian Nasional aku akan pergi
tes untuk menjadi pemadam kebakaran.
Pukul
menunjukan 13.00 WIB, perut ku sudah keroncongan, aku pergi masuk kedalam
rumah dan menuju ke dapur, dari luar
sudah tercium bau masakan ibuku yang sangat lezat, yang mengundangku untuk ke
dapur.
Aku
pun makan siang bersama ibu dan adik ku. Disaat itu aku membicarakan tentang
keinginan ku untuk menjadi pemadam kebakaran.
“bu bolehkah jika aku ingin
meneruskan pekerjaan ayah?” Tanya ku.
“boleh saja nak, tetapi mengapa kamu tidak
ingin kuliah dulu?” Ibuku balik bertanya.
“aku tidak perlu kuliah bu, keinginan
ini sangat ingin ku gapai” jawabku.
Aku
tahu apa yang sedang ibu ku pikirkan, ibu pastinya khawatir kepada ku, khawatir
ibuku akan kehilangan aku juga.
“ kalau itu memang kemauan kamu, ibu
pasti akan mendukungmu nak, tapi ingatlah pesan ibumu berhati-hatilah saat kamu
sedang bekerja” ucap ibuku.
“oke baiklah bu, terima kasih atas izinnya”
jawabku.
Setelah
aku berbicara tentang hal itu aku melanjutkan makan siangku. Setelah makan
siang aku harus belajar, karena sebentar lagi aku akan menghadapi Ujian
Nasional. Aku tidak mengikuti bimbingan belajar seperti teman-teman ku yang
lain, karena aku tahu keadaan keluarga ku, jika aku ikut bimbingan belajar
pastinya ibuku akan susah payah mencari uang untuk ku. Aku yakin tanpa
bimbingan belajar aku pun bisa lulus Ujian Nasional, aku bisa melakukannya
dengan belajar yang giat dan selalu rajin berdo’a kepada Tuhan YME.
Satu minggu kemudian, saatnya aku menghadapi
Ujian Nasional, sebelum memulainya aku selalu mengawali dengan berdo’a ke pada
Tuhan. Dan aku mengisi jawaban dengan sangat berhati-hati. Hari demi hari pun
kulewati, Ujian Nasional pun telah selesai. Setelah Ujian Nasional selesai, aku
melatih mental dan fisiku setiap hari untuk mendapatkan hasil yang baik.
Aku
sangat bersyukur sudah di berikan Tuhan tubuh yang bagus, aku dikenal baik oleh
teman-teman ku, menurut mereka aku ini orangnya rajin, baik, pintar dan sholeh.
Aku tidak berpikiran seperti itu, menurutku aku hanyalah orang yang biasa,
memang sih setiap penerimaan hasil laporan siswa, aku selalu mendapatkan nilai
terbaik. Hal itu tidak membuat ku untuk menjadi sombong.
Aku
terus mencari info tentang tes penerimaan anggota pemadam kebakaran, dan
persyaratan yang harus dilengkapi. Aku pun mendapatkan info tentang tes
penerimaan anggota baru pemadam kebakaran dari teman ayah ku. Adapun persyaratannya
harus banyak mengetahui tentang cara penyelamtan, dan jenis-jenis cara
memadamkan api. Selain itu mental dan fisik pun harus seimbang.
Hari
tes penerimaan anggota baru pun tiba. Tahap
per tahap pun aku lewati, tahap pertama yaitu tes tertulis tentang pemadam
kebakaran, aku pun bisa menjawab semua pertanyaan tersebut. Tahap kedua yaitu
tes pada fisik seperti lari, dan lain sebagainya, aku juga bisa melewati tas
tahap itu. Dan tahapan tes yang lain. Setelah tes selesai aku pun pulang ke
rumah.
Sesampai
di rumah ibuku menunggu ku di depan pintu, aku pun bersalaman, ternyata ibuku
sudah menyiapkan makanan kesukaan ku yaitu sup ayam, karena ibuku tahu pasti
aku lelah sehabis tes tersebut.
Hasil
tes tersebut akan diumumkan tiga hari setelah tes selesai. Di setiap sholat ku,
aku selalu berdo’a kepada tuhan agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik.
Sebelum
pengumuman tes tersebut, yang jatuhnya pada hari rabu. Pada hari senin aku akan
menerima hasil Ujian Nasional. Aku pergi didampingi dengan ibuku tersayang. Hari
pengumuman itu jatuh bertepatan dengan hari ulang tahun ibuku. Serangkaian acara
pun berlangsung, tiba saat pengumuman kelulusan siswa. Guru ku membacakan niali
UN tertinggi. Tanpa kusangka aku adalah peraih nilai UN tertinggi program IPS.
Ibu ku sangat senang sekali, sampai ibuku meneteskan air mata melihatku
mendapatkan nilai tertiggi. Baru pertama kali melihat ibu ku memeteskan air
mata untukku. Aku sangat bangga karena di hari ulang tahun ibuku aku bisa
menghadiahkan sebuat prestasi untuk ibuku.
Hari
yang kutunggu pun tiba, yaitu hari pengumuman hasil tes pemadam kebakaran. Para
peserta berkumpul di aula. Terdapat lebih dari 300 orang di dalam aula
tersebut. Aku sangat berharap semoga aku bisa lulus. Hasil tes tersebut dilihatkan pada layar monitor. Aku sangat
terkejut sekali ketika namaku berada pada urutan ke -5 dari 100 orang.
Kemudian
aku pualng kerumah , tak sabar rasanya ingin cepat sampai ke rumah memberi
tahukan kepada ibu ku. Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar ibuku.
Saat ibuku tahu hal tersebut ibuku sangat bangga padaku.
Ayah
anakmu kini sudah akan melanjutkan pekerjaan mu menjadi pemadam kebakaran. Anak
mu ini pasti menjadi orang sepertimu, Rindu ayah disana.
Post a Comment for "Cerpen Aku Ingin Menjadi Seperti Ayah"