Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LANANG PENYUNGKAN



Lanang Penyungkan
Zaman dahulu ada sebuah keluarga yang hidupnya susah. Keluarga ini mempunyai 7 anak laki-laki. 6 dari 7 anaknya ini merupakan anak yang rajin. Semua orang di desanya senang melihat mereka. Tapi, anaknya yang paling bungsu merupakan anak yang nakal, jelek, dan pemalas. Semua warga tidak menyenangi anak yang paling bungsu. Oleh saudaranya, si bungsu dijuluki Lanang Penyungkan. Suatu hari, seperti biasa bapak dan ibunya pergi ke sawah. 6 anak laki-lakinya ikut semua. Tapi, anak yang paling bungsu tidak pernah ikut setiap kali diajak. Ketika bapaknya mengajak si bungsu pergi si bapak dimarahi olehnya. Kemudian pergilah orang tuanya beserta saudara-saudaranya ke sawah.
“Dek payo milok bak dengan kakak-kakakmu ni ke sawah kite ngetam padi tunah” panggil Bapak yang ingin mengajak si bungsu ke sawah.
“Ahhh... pegilah dewek aku gen ke sawah, tak lemak banyak nyamok. Lemak aku dirumah lagi.” Dengan sombongnya si bungsu berkata.
“Alangke melawannye kau ni dek. Kalu dak selamat kau” saut sang kakak yang sudah kesal melihat tingkah si adik.
Di sawah, saudara-saudaranya teringat kata-kata si bungsu. Kemudian saudara-saudaranya merencanakan sesuatu untuk mencelakakan si bungsu. Mereka ingin menghanyutkan si bungsu ke aliran sungai Musi.
“ Mak mane lah kalu kite anyutke be adek kite yang paling kecik tu paling luat aku meliatnye, nak lemak tulah idupnye dak tau ape mak dengan bak ni susah-susah nyari duit”
“Payo kak. Aku juge lah getun nn dengan die tu”Pulanglah mereka kerumah. Di rumah, mereka tambah tidak senang melihat si bungsu karena si bungsu seolah menari-nari di atas penderitaan keluarganya. Si bungsu sedang tertidur lelap sedangkan orang tuanya banting tulang di sawah. Dengan segera, saudaranya membuat sebuah rakit. Tidak lama berselang terbuatlah sebuah rakit. Dihanyutkanlah si bungsu ke aliran sungai Musi. Si bungsu tidak sadar kalau dia telah hanyut. Setelah si bungsu dihanyutkan, si bungsu tetap tertidur, hingga sampai sore hari, rakit si bungsu itu tersangkut di sebuah batang kayu besar bernama Kayu Bayur. Si bungsu terbangun dari tidurnya. Ia terkejut melihat ia tidak berada lagi di rumahnya.
“Lah dimane yak aku ni?’
 Dengan cepat ia naik ke atas batang bayur. Ia duduk termenung dan memikirkan mengapa ia sampai dihanyutkan. Sadarlah si bungsu bahwa yang dilakukan selama ini salah.
“Yaallah tega nian kakakku nganyutke adek dewek ke sungai musi nih, salahku juge ken ngapelah aku dak pernah bantu mak dengan bak begawe dirumah.”
Dia tidak pernah rajin bekerja membantu keluarganya, dan dia berpikir mungkin saudara-saudaranyalah yang telah menghanyutkannya. Akhirnya ia naik ke tebing. Di atas si bungsu berusaha keras banting tulang. Berkat kerja kerasnya ia dapat membangun sebuah rumah yang besar. Di dalam rumah ini banyak terdapat barang berharga. Percaya atau tidak barang siapa mencuri barang tersebut niscaya ia akan gila sampai ia mengembalikan barang tersebut. Sampai sekarang rumah tersebut dinamakan Rumah Lame oleh penduduk sekitar.

Post a Comment for "LANANG PENYUNGKAN"