Kopi Tanpa Kafein Itu Lebih Nikmat Dan Banyak Manfaat
Sebagai negara
penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam, Indonesia
mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi
duniapada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai
lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari
147 ribu ton (19,6%).Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta
hektar(ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan
luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 ha.
Kopi merupakan
salah satu komoditi perkebunan unggulan Indonesia. Berdasarkan data dari
Direktorat Jendral Perkebunan, selama tahun 2004-2009 produksi kopi menunjukkan
peningkatan,dari 647.000 ton menjadi 705.000 ton. Salah satu daerah penghasil
kopi terbesar di Indonesia yang berperan serta peningkatan produksi kopi
Indonesia adalah Sumatera Selatan. Produksi kopi Sumatera Selatan mencapai
150.167 ton dengan luas kebun kopi 276.864 hektar (Direktorat Jendral
Perkebunan, 2009).
Kopi merupakan
bahan minuman yang banyak digemari oleh masyarakat dunia dikarenakan kopi
memiliki aroma khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman yang lain, baik kopi
berbentuk bubuk maupun kopi berbentuk seduhan. Kopi biasanya dikonsumsi pada
saat santai maupun saat istirahat pada acara seminar dan rapat sebagai coffe
break. Sebagian besar orang mengkosumsi kopi untuk memperpanjang waktu terjaga,
menyegarkan badan, dan meningkatkan daya pikir.
Mengkonsumsi
kopi memang sangat nikmat, namun jika terlalu banyak mengkonsumsi kopi dapat
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi penderita darah tinggi, jantung, sakit
mag, dan kolestrol. Efek negative dari kafein yang terkandung dalam kopi dapat
dirasakan jika mengkinsumsi kafein dalam jumlah yang cukup tinggi. Menurut
Mulato et al (2001), mengkonsumsi kafein secara berlebihan dapat meningkatkan
ketegangan otot, menimbulkan perasaan gelisah, mempercepat kerja jantung, dan
meningkatkan sekresi lambung. Efek samping yang sangat umum adalah dehidras,
karena kafein dapat meningkatkan aliran urine. Pengaruh buruk terhadap
kesehatan yang ditimbulkan oleh kafein pada kopi menjadi alasan yang mendasar
dalam perancangan alat dekafeinasi untuk mengurangi dosis kafein pada kopi
sampai batas aman dengan dosis 100 – 200 mg per hari.
Pengurangan
dosis kafein kopi dapat dilakukan dengan proses dekafeinasi. Proses dekafeinasi
dilakukan terhadap biji kopi sebelum penyangraian. Proses dekafeinasi dilakukan
dengan mengekstrasi kafein menggunakan pelarut di dalam sebuah ekstraktor
(Ridwansyah, 2001). Berdasarkan pelarut yang digunakan ada dua macam
dekafeinasi, yaitu dekafeinasi kimiawi (chemical decaffeination) dan
dekafeinasi nonkimiawi (natural decaffeination). Dekafeinasi kimiawi umumnya menggunakan
pelarut etil asetat dan metal klorida dikarenakan sifatnya yang mampu
melarutkan kafein. Sedangkan dekafeinasi nonkimiawi menggunakan pelarut air
panas (Liang et al., 2006). Proses dekafeinasi dengan menggunakan air panas
tidak banyak mengurangi citra rasa kopi dan tentunya jauh lebih aman
dibandingkan proses dekafeinasi yang menggunakan bahan kimiawi.
Proses
dekafeinasi kopi akan menghasilkan produk berupa kopi yang rendah kafein. Kopi
rendah kafein telah diproduksi oleh beberapa Negara penghasil kopi lainnya,
seperti Jerman, Belgia, Italia, Inggris, Brasil, Spanyol, Australia, Elsavador,
dan Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia belum ada produsen kopi dalam
negeri yang memproduksi sendiri kopi yang rendah kadar kafeinnya. Untuk
pemenuhan kebutuhan konsumsi rendah kafein, masih perlu diimpor dari Negara
lain. Oleh karena itu, perlu diciptakan sebuah alat yang dapat menurunkan kadar
kafein guna memproduksi sendiri kopi yang rendah kadar kafein. Hal ini dapat
membantu untuk melatih kemandirian bangsa Indonesia agar tidak selalu
bergantung pada Negara lain meski secara perlahan.
Post a Comment for "Kopi Tanpa Kafein Itu Lebih Nikmat Dan Banyak Manfaat"