Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Klasifikasi Kandungan Dan Manfaat Daun Mindi Serta Bahaya Pestisida

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman mindi diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio                : Spermatophyta
Subdivisio          : Angiospermae
Kelas                  : Dicotyledonae
Ordo                   : Rutales
Famili                 : Meliaceae
Genus                 : Melia
Spesies               : Melia azedarach
Tanaman mindi paling banyak diteliti karena bahan aktif yang terdapat di dalamnya sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai pestisida alami. Tanaman mindi tumbuh dikawasan Asia. Tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh tahunan (perennial), selalu hijau sepanjang tahun, dan menggugurkan daun selama musim dingin, suka cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran terhadap salinitas tanah dan subur dibawah titik beku. Batang tanaman lurus dan berkayu keras, memilki banyak cabang, dengan ketinggian pohon berkisar antara 7m – 20m dan lingkar batang mencapai 100 cm. Batang berkulit tebal dan agak kasar.
Tanaman mindi memiliki karakteristik ukuran daun yang relatif kecil, tajuk pohon kurang rimbun, dan buah berbentuk bulat kecil. Daun tanaman mindi bersirip genap, berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan ujung runcing. Anak daun berbentuk memanjang dan agak melengkung seperti bulan sabit, bagian tepi bergerigi meruncing, berukuran panjang 3cm-10 cm dan lebar 0,5 cm – 3,5 cm. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dengan permukaan atas daun mengilap.
Tanaman mindi mulai berbunga dan menghasilkan buah mulai umur 4-5 tahun. Bunga tanaman mindi bertipe bunga majemuk malai, terletak pada ketiak daun, panjang malai 10-22cm, warna keunguan, berkelamin dua (biseksual) atau bunga jantan dan bunga betina pada pohon yang sama.. Kelopak mahkota berwarna kekuning-kuningan, berambut, dengan ukuran +- 1 mm. Daun mahkota bunga berwarna putih kekuning-kuningan, berukuran panjang antara 1,5 – 2,5 cm. Buah bulat atau jorong, tidak membuka, ukuran 2-4 cm x 1-2 cm, kulit luar tipis, licin, berkulit kering keriput kulit dalam keras, buah muda hijau, buah masak kuning, dalam satu buah umumnya terdapat 4-5 biji. Biji kecil 3,5 x 1,6 mm, lonjong, licin, warna coklat, biji kering warna hitam.
Pohon mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya.
Tanaman mindi tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, ketinggian 0 - 1200 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata per tahun 600 - 2000 mm, dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Tumbuh subur pada tanah berdrainase baik, tanah yag dalam, tanah liat berpasir, toleran terhadap tanah dangkal, tanah asin dan basa.



Kandungan zat aktif yang terdapat dalam tanaman mindi adalah Azadirachtin, salannin, dan nimbin, yang terutama terdapat dalam daun dan biji tanaman mindi. Zat azadirachtin diyakini memiliki daya bunuh terhadap hama. Daun dan biji mindi mengandung berbagai senyawa kimia misalnya fenol, quinon, alkaloid, dan substansi nitrogen lainnya, asam-asam dan terpena. Senyawa yang diyakini sebagai bahan bioaktif pestisida nabati adalah nimbin, thioneemon, meliantriol, azadirachtin, dan silannin, yang merupakan senyawa kimia dari kelompok terpena. Selain mengandung senyawa tersebut, mindi juga mengandung protein yang tinggi mencapai 15% dan serat yang rendah. Limbah tanaman mindi mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium.
Selain itu kulit kayu dan kulit akar mengandung toosendanin (C3H38O11) dan komponen yang larut (C30H 40O 12). Selain itu, juga terdapat alkaloid azaridine (margosina), kaempferol, resin, tanin, n-triacontane, β-sitosterol, dan triterpene kulinone. Kulit akar toksik dibanding kulit kayu. Biji mengandung resin yang sangatberracun, 60% minyak lemak terdiri dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat, laurat, valerianat, butirat, dan sejumlah kecil minyak essensial sulfur. Buah mengandung sterol, katekol, asam vanilat, dan asam bakayanat. Daun mengandung alkaloid paraisina, flavonoid rutin, zat pahit, saponin, flavonoida, tanin, stenoida, dan kaemfenol.

 Tanaman mindi memiliki habitus yang rimbun dan daun yang tidak mudah rontok, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh untuk membuat lingkungan terasa nyaman, maupun sebagai tanaman hias. Selain itu dapat juga digunakan untuk penghijauan di daerah/lahan-lahan iritis. Di beberapa negara tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional yang bersifat tonik dan sebagai bahan pestisida. Air rebusannya dapat digunakan sebagai obat malaria dan obat untuk mengatakan gangguan pencernaan akibat lever. Selain itu mindi juga dapat digunakan sebagi obat kudis.
Selain itu kulit batang mindi biasa digunakan sebgai obat demam. Bijinya diperas untuk diambil minyaknya yang digunakan untuk membuat sabun. Selain itu yang paling penting adalah sebagai biopestisida. Adapun hama yang dapat dikendalikan oleh mindi anatra lain, belalang, aphis, kutu loncat, kutu wereng, dan maíz banyak lagi hama yang dapat dikendalikan oleh tanaman mindi.
Kita ketahui penggunaan pestisida dalam bidang pertanian sangat dibutuhkan dalam memberantas hama, dan pestisida kimia merupakan salah satu pestisida yang mampu mengamankan produksi pertanian secara ekonomis, karena pestisida kimia memiliki keunggulan komparatif seperti sangat efektif, praktis dapat digunakan kapan dan dimana saja. Tetapi pestisida kimia memiliki dampak  yang merugikan apabila kita mengunakannya secara berlebihan, seperti :
1.      Dapat meracuni manusia dan hewan dosmetik.
2.      Mencemari lingkungan denagan segala akibatnya, termasuk reidu pestisida.
3.      Menimbulkan strain hama baru yang resisten terhadap pestisida.
4.      Menyebabkan terjadinya ledakan hama sekunder dan hampotensial
5.      Memerlukan biaya yang mahal karena sifat ketergantunhgnankeberhasiln budi daya tanaman pada pestisida .
6.      Meracuni organisme yang berguna, misalnya musuh almi hama, lebah dan serangga yang membantuu penyerbukan, danstwa liar yang mendukung fungsi kelestarian alam.

Oleh karena itu pestisida nabati merupakan salah satu cara yang akan digunakan untuk menghindari kerusakan tersebut. Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang artinya membunuh. Jadi pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengontrol, menolak, menarik atau membunuh hama atau gulma , contohnya serangga, rumput liar, burung, mamalia, ikan, atau mikroba, yang dianggap mengganggu.
Hama dan gulma merupakan hewan dan tumbuhan yang menjadi penyakit pada tanaman. Menurut asalnya pestisida terbagi menjadi 2 yaitu pestisida yang berasal dari zat kimia/sintetis dan secara alami/biopestisida. pestisida sintetik merupakan pestisida yang berasal dari zat kimia, pestisida sintetik terbagi menjadi petisida organik dan pestisida anorganik. Dampak menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan akan merusak ekosistem-ekosistem di sekitar. Biopestisida merupakan pestisida yang berasal dari makhluk hidup secara alami.
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar. Biasanya bagian tanaman tersebut mengandung senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisida). Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili Meliaceae (nimba, Aglaia), famili Anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah nona). Nimba mengandung senyawa yaitu azadirachtin, sedangkan sirsak mengandung asetogenin. Selanjutnya tanaman yang bersifat bakterisida salah satu diantaranya adalah gambir.
Pengujian insektisida nabati di lapang menunjukkan bahwa cairan perasan srikaya, biji nimba, biji sirsak efektif mengendalikan populasi Palpita uninalis yang merupakan hama utama pada tanaman melati. Demikian juga hasil efikasi terhadap hama aphid mawar dan tungau merah pada mawar dan anyelir menunjukkan bahwa biji sirsak, biji buah nona, biji/daun nimba dan biji mahoni juga efektif terhadap hama-hama tersebut. (Sumber: Laboratorium Biokontrol, Balai Penelitian Tanaman Hias)
Biopestisida baik berupa agen hayati maupun bahan nabati merupakan salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan, mudah diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi musuh alami dan serangga penyerbuk.

Di Indonesia, pengunaaan pestisida alami telah berlangsung sebelum tahun 1960-an, ditandai dengan munculnya Revolusi Hijau. Revolusi Hijau dilaksanakan dalam bentuk masukan-masukan bagi intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi produk-produk pertanian. Salah satu masukan tersebut adalah pestisida pemberantas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), terutama untuk mengendalikan hama dan penyakit. (Mindi tanaman penghasil pestisida alami)

Post a Comment for "Klasifikasi Kandungan Dan Manfaat Daun Mindi Serta Bahaya Pestisida"