MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG "PERANG SALIB"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dipungkiri lagi, sebuah peradaban tidak
lepas dari sejarah. Karena sejarahlah yang membentuk sebuah peradaban. Seperti
halnya Perang Salib, yaitu peristiwa sejarah peradaban Islam pada masa klasik.
Begitu besarnya pengorbanan Islam demi
berdirinya Daulah Islamiyah. Tetapi, di era globalisasi ini, sejarah seperti
dianggap hanya hiasan masa lalu. Padahal, inti dari sejarah itu sangat berarti.
Maka dari itu untuk mengetahui lebih dalam
tentang sejarah peradaban Islam pada masa Perang Salib, disini kami akan
membahasnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Timbulnya Perang Salib
2. Sebab-sebab Perang
Salib
3. Periodisasi Perang
Salib
4. Jalannya Perang Salib
5. Pengaruh Perang Salib
thd Peradaban Islam
C. Tujuan
1. Memahami
pengertian Perang Salib.
2. Mengetahui
penyebab Perang Salib.
3. Mendeskripsikan
peristiwa Perang Salib.
4. Mengetahui
dampak dari Perang Salib.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang salib
Perang salib ialah
serangkaian perang agama selama hampir 2 abat lebih sebagai reaksi terhadap
kristen eropa terhadap islam asia.
Menurut Philip K.Hitti
perang salib adalah reaksi dunia kristen di eropa terhadap dunia islam di Asia,
sejak tahun 632 M yang merupakan pihak penyerang di syiria dan Asia kecil,
tetapi juga di sepanyol dan sisilia.
Perang ini terjadi
karena sejumlah kota dan tempat suci kristen diduduki islam sejak 632, seperti
di suriah, asia Kecil, Spanyol, dan Sisilia. Militer Kristen menggunakan salib
sebagai simbol yang menunjukan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan
kota suci Baitul maqdis (Yerus Salim ) dari orang islam.
Peristiwa perang salib terjadi pada masa
daulah Bani Abbasiyah IV dalam kekuasaan Turki Bani
Saljuk.
Perang
salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh antara islam dan Kristen.
Penguasa islam Alp Arselan yang memimpin gerakan ekspensi yang kemudian dikenal
dengan “Peristiwa Manzikart” pada tahun 464 H ( 1071 ) mwnjadikan orang – orang
Romawi terdesak. Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit,
dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000.
Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang
Kristen terhadab umat islam, yang kemudian mencetuskan Perang salib.[1]
Pidato
yang mungkin paling besar hasilnya dalam sejarah ialah pidato Pous Urbanus II
pada tanggal 26 November 1095 di Clemont ( prancis selatan ), orang-orang
Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan-kuburan suci dan merebutnya
dari orang-orang bukan Kristen serta menaklukan mereka. Seruan bersama “Tuhan
menghendaki yang sedemikian” menggelora di seluruh negeri dan memiliki pengaruh
psikologis, baik di lapisan masyarakat bawah maupun atas. Di musim semi tahun
berikutnya, 150.000 orang yang terdiri dari sebagian besar orang-orang prancis
dan berkumpul di konstaninopel. Perang salib pertama pun dimulai.
Perang
salib berlangsung 200 tahun lamanya, dari mulai 1095-1293, dengan 8 kali
penyerbuan. Perang tersebut bertujuan untuk merebut kota suci palestin, tempat
“tapak Tuhan berbijak”, dari tamgan kaum muslim. [2]
B. Penyebab terjadinya
perang salib
Ada beberapa faktor
yang memicu terjadi perang salib. Adapun yang menjadi faktor terjadinya perang
salib ada tiga yaiti
a. Faktor Agama
Sejak dinasti saljuk merebut Baitul Maqdis
dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, Pihak kristen merasa tidak
bebaslagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menerapkan sejumlah
peraturan yang di anggap mempersulit mereka yang hendak berziarah ke baitul
Maqdis.
b. Faktor Politik
Kekalahan Bizantium sejak 330 di sebutkan
Konstanti Nopel (islambul) di Manzikart, wilayah Armenia, pada 1071 dan
jatuhnya Asia keil kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisal Alexius I
untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099); yang menjadi paus
antara tahun 1088-1099 M, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaan di
daerah penduduk Dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium
karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma
dan harapan untuk dapat pempersatukan kerajaan yunani dan Roma
Dan di pihak lain kondisi islam pada waktu itu
sedang melemah sehingga orang kristen di eropa berani untuk ikut mengambil
perang Salib.
c. Faktor Sosial Ekonomi
Para pedagang besar yang berada di pantai
timur laut Tengah, Terutama yang berada di kota Vanesia, Genoa, Pisa, berambisi
untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut
Tengah untuk memperluas jaringan dngan mereka. Sehingga mereka mau membantu
dalam perang salib, stratifikasi sosial mereka Eropa ketika itu terdiri dari 3
kelompok yaitu: kaum kristen, kaum ksatria, serta kaum jelata. Mereka mayoritas
terdiri dari kaum jelata tapi kehidupan mereka sangat tertindas terhina mereka
harus tunduk terhadap aturan mereka sehingga saat mereka mengambil bagian dari
perang salib dengan janji mereka akan di beri kesejahtraan dan kebebasan mereka
menyambutnya dengan sepontan dan semangat. [3]
C. Periodisasi Perang
Salib
1. Periode
I
Periode pertama,
disebut periode penaklukan (1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh
Al-Islam menggambarkan pasukan salib pertama yang dipimpin oleh Pierre I’ermite
sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak
disiplin, dan tanpa persiapan. Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan
Dinasti Saljuk.
Pasukan Salib
berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan
militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina
(Yerusalem) pada 7 Juli 1099.
Kemenangan pasukan
salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya
kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099)
di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan
Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja Reymond.[4]
2. Periode
II
Periode kedua atau
disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini,
terlihat jelas setelah munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir
yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.
Dalam perang salib ini
akhirnya pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan
senjata dan membuat pejanjian. Inti perjanjian damai itu adalah daerah
pedalaman akan menjadi milik kaum muslimian dan umat Kristen yang akan
berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keselamatannya. Adapun daerah pesisir
utara, Arce, dan Jaita berada di bawah kekuasaan tentara salib
3. Periode
III
Periode ketiga
(1193-1291) lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau
periode kehancuran didalam pasukan salib.
Dalam periode ini,
muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani,
yaitu Syajar Ad-Durr. Ia mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan
dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis.[5]
D. JALANNYA PERANG SALIB
Perang Salib yang berlangsung dalam kurun
waktu hamper dua abad, yakni antara 1095-1291 M, terjadi dengan serangkaian
peperangan.
Pada
tahun 490 H/ 1096 M, pasukan salib yang dipimpin oleh komamdan Walter dapat
ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgia. Kemudian Peter yang mengomando
kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hongolia dan Bulgaria. Pasukan
ini berhasil menghancurkan setiab kekuatan yang menghalanginya. Seorang
penguasa negri Nicea berhasil menghadapinya bahkan sebagian pemimpin salib
berkenan memeluk Islam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan
ini.
Setahun
kemudian pada tanggal 491 H/ 1097 M, pasukan Kristen di bawah komando Goldfrey
bergerak dari konstantinopel dan berhasil menaklukkan Antioch setelah
mengepungnya selama 9 bulan.
Setelah
berhasil menundukkan Antioch pasukan salib bergerak ke Ma’arrat An-Nu’man,
sebuah kota termegah di Syria. Pasukan salib selanjubnya menuju Yerussalem dan
dapat menaklukannya danagn mudah.
Selama
terjadi peperangan tersebut, terjadi perselisihan antara sultan saljuk hal ini
memudahkan pasukan salib merebut wilayah islam. Dalam kondisi seperti ini
datanglah Muhammad yang berusaha mengabaikan komflik internal dan menggalang
kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib dan Baldwin penguasa
yerussalem penganti Goldfrey dapat di kalahkan
. Sepeninggal
Sultan Mahmud, Tampil seorang perwira muslim yang cakap dan gagah pemberani. Ia
adalah Imaduddin Zanki, seorang anak dari pejabat tinggi siltan Malik Syah.
Satu persatu Zanki meraih kemenangan atas pasukan salib, hingga ia merebut
wilayah Eddesa pada tahun 539 H 1144 M.
Penaklukan
Eddesa merupakan keberhasilan Zanki yang terhebat, dalam penaklukan Eddesa
Zanki tidak berlaku kejam terhadap penduduknya sebagaimana tindakan pasukan
salib. Dalam perjalanan penaklukan Kalat Jabir, Zanki terbunuh oleh tentaranya
sendiri.
Kepemimpinan
Imaduddin Zanki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia
segera memainkan peran baru sebagai penakluk. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan
koto Damaskus membuat sang KHalifah berkenan memberi gelar kehormatan Al-Malik
Al-Adil.
Shalahuddin,
putra Najamuddin Ayyub, lahir pada tahun 1167 M. Ayahnya adalah pejabat
kepercayaan pada masa Imanuddin Zanki , dan masa Nuruddin.
Shalahuddin
memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerussalem, da mana ribuan rakyat
muslim dibantai oleh pasukan salib Kristen. Setelah beberap[a lama terjadi
pengepungan, pasukan salib kehilangan semangat tempur dan memohon kemurahan
hati sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk
melaksanakan dandamnya, sehingga Sultan pun memaafkan mereka.
Jatuhnya Yerussalem
dalam kekuasaan Shalahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh
Kristen. Sehingga Kaisar Jerman yang bernama Frendick Barbarosa, Philip August,
kaisar Pracis yang bernama Richrd, beberapa pembesar Inggris, membentuk
gabungan pasukan Salib.
Pada tanggal 14
Sebtember 1189 M. Shalahuddin terdesak oleh pasukan salib namun keponakannya
bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan
mengembalikan hubungan dengan Acre. Kota Acre kembali terkepung selama hamper
dua tahun. Sekalipun umat muslim menghadapi situasi yang serba sulit selama
pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat.
Sultan Shalahuddin merasa kepayahan menghadapi perang ini, selama
itu pasukan muslim dilanda wadah penyakit dan kelaparan.
Setelah berhasil
menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascolan dipampin Jenderal
Richrd. Bersama dengan itu Shalahuddin sedang mengarahkan pasukannya dan tiba
di Ascolon lebih awal. Ketika tiba di Ascolon, Richrd menapat kota ini telah di
kuasai oleh pasukan shalahuddin. Merasa tidak berdaya mengepung kota ini,
Richard mengirim delegasi perdamaian menghadab shalhuddin. Akhirnya sang Sultan
menerima tawaran damai tersebut dan mengakhiri perang salib ke tiga.
“Hari kematian Shalahuddin
merupakan musibah bagi islam dan umat islam, sungguh tidak ad duka yang melanda
mereka setelah kematian empat kholifah pertama yang melebihi dika atas kematian
Saultan Shalahuddin .
Dua tahun setelah
meninggalnya Shalahuddin juga berkobar Perang Salib atas inisiatif Paus Celesti
III. Namun , sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dan pasukan Kristen
telah berakhir dengan usainya Perang Salib tiga. Sehingga peperangan berikutnya
tidak dikenal.[6]
E. Pengaruh Perang Salib
di Dunia Islam
Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir
abad XIII memberi pengaruh kuat terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran
fisik, juga meninggalkan perubahan yang positif walaupun secara politis, misi
Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia Islam gagal. Perang Salib meninggalkan
pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa pada masa selanjutnya.
Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya
peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib
keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh
kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak
terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia
Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang
Salib ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin
ilmu yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya.
Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi perindustrian dan
mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan
besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban
Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan
kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban
Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu
telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material,
tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal
tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode,
yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk
memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad
pertengahan.
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan
mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur
bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk.
Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang
lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang
berujung pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang
mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia
mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian hari.
Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan
kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan
bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan
rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin
oleh pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut
merusak struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab
keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan
kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir
Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai
semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan
17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah
kekuasaan Kristen.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa
perang salib bukanlah perang karena agama tetapi perang perebutan kekuasaan
daerah. Perang ini dinamakan perang salib karena angkatan perang tentara
Nasrani menggunakan tanda salib dan mendapat restu dari Paulus di Roma.
Angkatan perang ini terjadi sebanyak 8 kali.
Perang salib memakana waktu yang sangat lama.
Membawa pengaruh besar pada semaraknya lalu lintas perdagangan asia dan eropa.
Mereka banyak mengetahui hal-hal baru seperti adanya tanaman rempah-rempah dan
lain-lainnya.
B. Saran
Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih banyak
terdapat kekurangan. Maka, penulis sangat
mengharapkan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
ke masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
K. Hitti Philip
2001 sejarah Dunia Arab Yogyakarta:Pustaka Iqra,
Munir Samsul,Drs, 2010
Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH,
http://armayant.blogspot.com/2012/06/perang-salib-dan-pengaruhnya-terhadap.html(akses:12-10-2014/09:43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dipungkiri lagi, sebuah peradaban tidak
lepas dari sejarah. Karena sejarahlah yang membentuk sebuah peradaban. Seperti
halnya Perang Salib, yaitu peristiwa sejarah peradaban Islam pada masa klasik.
Begitu besarnya pengorbanan Islam demi
berdirinya Daulah Islamiyah. Tetapi, di era globalisasi ini, sejarah seperti
dianggap hanya hiasan masa lalu. Padahal, inti dari sejarah itu sangat berarti.
Maka dari itu untuk mengetahui lebih dalam
tentang sejarah peradaban Islam pada masa Perang Salib, disini kami akan membahasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Perang Salib?
2. Apa penyebab terjadinya Perang Salib?
3. Bagaimana Perang Salib terjadi?
4. Bagaimana dampak yang dirasakan akibat Perang
Salib?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian Perang Salib.
2. Mengetahui penyebab Perang Salib.
3. Mendeskripsikan peristiwa Perang Salib.
4. Mengetahui dampak dari Perang Salib.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Salib
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di
Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad
ke-11 sampai abad ke-13. Perang Salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia
Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M., dianggap
sebagai pihak “penyerang”, bukan saja di Siria dan Asia kecil, tetapi juga di
Spanyol dan Sisilia.
Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer
Kristen mempergunakan tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka
sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan
adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis
(Yerusalem) dari tangan orang-orang Islam dan mendirikan gereja dan kerajaan
Latin di Timur.
Perang Salib berakhir ketika iklim politik dan
agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang
agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa
tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
B. Penyebab Perang Salib
Adapun penyebab-penyebab terjadinya perang
salib dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Permintaan kaisar dari Bizantium, yaitu
Alexius Conneus pada tahun 1095 kepada kaisar dari Romawi, yaitu Paus Urbanus
II, karena daerah-daerah yang tersebar sampai ke pesisir Laut Marmora
“dibinasakan” oleh Bani Saljuk.
2. Isi pidato yang disampaikan oleh Paus Urban
pada 26 November 1095 di Clermont, bagian tenggara Perancis dan memerintahkan
orang-orang Kristen agar “Memasuki lingkungan Makam Suci, merebutnya dari
orang-orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka.”
3. Faktor sosial ekonomi. Para pedagang besar
yang berada di pantai timur Laut Tengah berambis untuk menguasai sejumlah kota
dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas
jaringan perdagangan mereka.
4. Jaminan untuk masuk surga, sebab mati dalam
perang salib, menurut mereka, adalah mati sebagai pahlawan agama dan langsung
masuk surga walaupun mempunyai dosa-dosa pada masa lalunya.
C. Periodisasi Perang Salib
1. Periode I
Periode pertama, disebut periode penaklukan
(1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam menggambarkan
pasukan salib pertama yang dipimpin oleh Pierre I’ermite sebagai gerombolan
rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa
persiapan. Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey
of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi.
Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099.
Kemenangan pasukan salib pada periode ini
telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen
di timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey,
Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja
Reymond.
2. Periode II
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat
Islam (1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini, terlihat jelas setelah
munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil
membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.
Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard
dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat
pejanjian. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik
kaum muslimian dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan
terjamin keselamatannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan Jaita berada di
bawah kekuasaan tentara salib.
3. Periode III
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal
dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam
pasukan salib.
Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari
kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia
mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis
IX kembali ke negerinya, Perancis.
D. Akibat Perang Salib
Perang Salib membawa Eropa ke dalam kontak
langsung dengan dunia muslim dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat.
Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara kedua belah pihak.
Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah
menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting,
seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam.
E. Peninggalan Perang Salib
Perang Salib selalu dikenang oleh
bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan
negara-negara Katolik Roma. Perang Salib juga menimbulkan kenangan pahit dan
banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat
pada masa Renaissance. Peninggalan Perang Salib sangat terasa dalam bidang
politik dan budaya, perdagangan, dalam dunia Islam, komunitas Yahudi, dan
pegunungan Kaukasus.
1. Politik dan Budaya
Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada abad
Pertengahan. Pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan
kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat
dari negara-bangsa modern sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal,
Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa
awal Perang Salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan
budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia
dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan
arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa Perang Salib.
Pengalaman militer Perang Salib juga memiliki
pengaruh di Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan
bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak
lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan, tentara Salib
dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan
sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan Bangsa Arab termasuk
perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju
perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada
masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.
2. Perdagangan
Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan
menyediakan bala tentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa.
Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan
Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang
berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib
mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin
bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga
membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak kota di Itali
yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan
dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah
bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang
ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan
sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam, seperti rempah-rempah,
gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal
dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
3. Dunia Islam
Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi
terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan antara Bangsa Frank dengan
tentara Salib meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional
mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib.
Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan
gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur
Tengah sebagai Perang Salib. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai
pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang
menghancurkan tentang Perang Salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield,
adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut
Peter Mansfield, diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya
sendiri. Ia menjadi sangat sensitif dan defensif. Sikap yang tumbuh menjadi
semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia
Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.
4. Komunitas Yahudi
Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap
bangsa Yahudi, di kota-kota di Jerman dan Hongaria, belakangan juga terjadi di
Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan Syria menjadi
bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit, meski tidak ada satu Perang Salib
pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi. Serangan-serangan ini
meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak
selama berabad-abad. Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat. Posisi sosial
bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan pembatasan meningkat selama
dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi
oleh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad
pertengahan.
5. Pegunungan Kaukasus
Orang Armenia merupakan pendukung setia
tentara Salib. Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti
yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan
keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara Salib yang terpisah dari induk
pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang
salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang,
persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam
komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan
25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari
dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir
berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain.
Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini
pada tahun 1935.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang Salib adalah gerakan
umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina
secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk
merebut kota suci Baitul Makdis dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan
gereja dan kerajaan Latin di Timur.
Dinamakan Perang Salib, bukan berarti ini
adalah perang agama, melainkan karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur
dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka,
atau mereka menggunakan salib sebagai simbol peperangan yang mereka lakukan.
Penyebab terjadinya Perang Salib adalah
permintaan langsung Alexius Conneus kepada Paus Urbanus II, pidato oleh Paus
Urban, faktor sosial ekonomi, dan alasan dengan jamina masuk surga.
Periodisasi Perang Salib disederhanakan
kedalam tiga periode, periode pertama atau periode penaklukan (1009-1144),
periode kedua atau periode reaksi umat Islam (1144-1192), dan periode ketiga
atau periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam
pasukan Salib.
Perang salib membawa hal positif bagi Eropa
karena dengan terjadinya Perang Salib, bangsa Eropa dapat menambah lapangan
perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut,
kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam.
Peninggalan Perang Salib sangat terasa dalam
bidang politik dan budaya, perdagangan, dalam dunia Islam, komunitas Yahudi,
dan pegunungan Kaukasus.
Post a Comment for "MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG "PERANG SALIB""