Buah Lebih Cepat Masak Dengan Pemeraman Menggunakan Daun Sungkai (Makalah Daun Sungkai)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di
permukaan bumi terdapat kira-kira 1,5 juta jenis makhluk hidup. Dari jumlah itu
kira-kira 1 juta tergolong dalam dunia tumbuhan. Indonesia termasuk dalam
jajaran negara yang mempunyai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati di
Indonesia sangat menonjol dikarenakan keadaan tanah, letak geografis, serta
keadaan cuaca dan iklim yang sesuai dengan tempat tinggal untuk tumbuh-tumbuhan
tersebut. Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman
hayati dibandingkan dengan daerah subtropis dan daerah kutub. Masing-masing
ekosistem ini memiliki keanekaragaman hayati tersendiri. Banyak di antara
tumbuh-tumbuhan di Indonesia mempunyai keistimewaan yang tidak dapat di temui
di negara-negara lain. Dengan berbagai macam jenis tumbuhan di Indonesia
tentunya banyak manfaat yang dapat di ambil baik dari, kulit, akar, daun, maupun
buah. Seperti halnya sungkai
merupakan golongan pepohonan yang daunnya dapat digunakan sebagai pemeraman
buah. Pemeraman dalam hortikultura adalah
tindakan yang dilakukan untuk mempercepat proses pematangan buah dengan
menyimpan buah yang telah
dipetik pada massa curah tertentu dalam tempat relatif tertutup.
Sungkai tumbuh di hutan sekunder pada
berbagai jenis tanah dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang baik, namun
biasanya tumbuh baik pada tanah yang cukup mengandung air, seperti di tepi
sungai dan secara bermusiman tergenang air tawar. Sungkai tahan terhadap
persaingan alang-alang dan terhadap kebakaran. Sungkai pada umumnya tumbuh baik
pada ketinggian 0-600 meter dpl dan pada daerah yang mempunyai tipe iklim A-C
menurut tipe curah hujan Schmidth dan Ferguson. Jenis ini termasuk kedalam suku
Verbenaceae dengan berbagai nama daerah seperti Jati sebrang atau ki sebrang
(Sunda), Jati Sumatra (Sumatra Selatan), Sungkai atau kayu lurus (Kalimantan
Selatan). Daerah penyebaran adalah Bagian Barat Kepulauan Indonesia yaitu Jawa
Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Anonim, 1980). Sungkai
adalah anggota pepohonan, yang memiliki khasiat sebagai penyubur reproduksi
wanita dan juga dapat digunakan sebagai pengganti MSG. Karena kekuatan dari
kayunya juga dimanfaatkan dalam pembuatan perkakas rumah tangga. Di salah satu daerah kabupaten banyuasin
menggunakan daun sungkai ini sebagai mempercepat proses pemeraman buah. Melihat hal tersebut disini
peneliti ingin membuktikan secara ilmiah bahwa daun sungkai memiliki potensi
yang sangat besar dalam proses pemeraman buah secara alami dan mudah digunakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah daun sungkai memiliki potensi
dalam pemeraman buah?
2.
Bagaimana
proses pemeraman buah yang menggunakan daun sungkai?
3. Apakah kandungan yang terdapat dalam daun
sungkai sehingga dapat digunakan dalam pemeraman buah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adakah daun sungkai
memiliki potensi dalam pemeraman buah.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana proses pemeraman buah yang menggunakan daun sungkai.
3. Untuk mengetahui apakah kandungan yang
terdapat dalam daun sungkai sehingga dapat digunakan dalam pemeraman buah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat
memberikan informasi kepada masyarakat akan tersedianya bahan pemeraman dari
daun sungkai.
2.
Bagi
Pelajar
Dapat
dijadikan sebagai bahan referensi kedepan, dimanfaatkan sebaik-baik mungkin,
mempergunakan daun sungkai untuk pemeraman tersebut serta pelalajar diharapkan
mampu memberikan informasi kepada masyarakat akan isi dari penelitian ini.
3.
Bagi
Masyarakat
Dapat
mempergunakan daun sungkai tersebut dalam pemeraman serta bermanfaat bagi
mereka dan dapat menyampaikan informasi tersebut
didalam
masyarakat.
4.
Bagi
Pemerintah
Diharapkan
pemerintah dapat mempergunakan penelitian ini sebaik-baik mungkin serta
dapat memberikan informasi bagi
masyarakat yang belum mengetahui tentang penyembuhan luka dengan menggunakan
getah kayu secang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Sekilas tentang
Pemeraman
Seringkali kita temukan di sebagian
masyarakat telah mengetahui bahwa salah satu cara digunakan dalam pematangan
buah yaitu dengan cara pemeraman. Peram menurut KBBI adalah menyimpan
buah-buahan (dengan membungkusnya dan sebagainya) supaya lekas masak. Pemeraman
merupakan hal yang sering dilakukan oleh masyarakat-masyarakat di daerah
tertentu dengan tujuan untuk melakukan pematangan buah dari awalnya yang belum
masak menjadi masak. Pematangan buah merupakan salah satu variasi proses
penuaan melibatkan koversi pati atau asam-asam organic menjadi gula, pelunakan
dinding-dinding sel, atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya
cairan sel sehingga jaringan mengering. Pemeraman hanya dapat berguna untuk
dapat mempercepat pematangan bagi kelompok buah klimakterik atau buah yang
mengalami percepatan respirasi (katabolisme) seusai dengan apa yang dipetik.
Dalam melakukan pemeraman buah dengan tujuan untuk pematangan buah di stimulasi
oleh gas etilen yang berdisfusi ke dalam ruang-ruang antar sel buah. Kemudian
dalam hal ini gas tersebut ternyata dapat berdisfusi melalui udara dari buah
satu ke buah lainnya, sehingga mampu untuk mematangkan secara keseluruhan pada
buah dalam satu lot. Maka dari itu gas etilen sangatlah berperan penting dalam
melakukan pemeraman dengan tujuan untuk melakukan pematangan pada buah.
B. Hormon Pada Tumbuhan
Hormon Pada
Tumbuhan Perkembangan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu
senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme,
kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara
yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan,
perkembangan atau metabolisme. Senyawa-senyawa ini bukan suatu metabolit antara
atau hasil suatu rangkaian reaksi yang dipcngaruhirnya, dan biasanya aktif
dalam konsentrasi yang sangat rendah. Beberapa kelompok hormon telah diketahui
dan beberapa diantaranya bersifat sebagai zat perangsang pertumbuhan dan
perkembangan (promoter), sedang yang lainnya bersifat sebagai penghambat
(inhibitor). Hormon tersebut adalah auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan
asam absisat.
C. Gas Etilen
Ethilen
merupakan zat telah digunakan dalam praktek sejak Mesir kuno, untuk mempercepat
proses merangsang pematangan. Padatahun 1935, Crocker mengusulkan bahwa etilen adalah
hormon tanaman yang bertanggung jawab untuk pemasakan buah serta penghambatan jaringan
vegetatif (Crocker, 1935). Etilen kini diketahui memiliki banyak fungsi lain juga.
Etilen merupakan hormon yang tumbuh dan diproduksi dengan hasil. Etilen mempunyai lambang rumus unsur senyawa kimia
C2H4 . Etilen disebut juga ethane. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap, senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas sehingga disebut
juga gas etilen. Gas Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan
diproduksi pada tumbuhan yang memiliki tingkatan yang tinggi. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman
hidup, pada waktu-waktu tertentu senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian(Winarno,1992). Etilen
adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon
yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan
sebagai hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam jaringan tanaman
dan merupakan senyawa organik. Secara tidak disadari, penggunaan etilen pada
proses pematangan sudah lama dilakukan, jauh sebelum senyawa itu diketahui nama
dan peranannya (Aman, 1989). Etilen merupakan suatu senyawa kimia yang mudah menguap
yang dihasilkan selama proses masaknya hasil pertanian terutama bebuahan dan sayuran (Hadiwiyoto, 1981). Pada
bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak buah. Etilen mempengaruhi
pemasakan buah dengan mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula suatu gas
tanpa warna dengan sedikit berbau manis. Etilen mengandung suatu hormon yang
dihasilkan secara alami oleh tumbuhan dan merupakan campuran yang paling
sederhana yang mempengaruhi proses fisiologi pada tumbuhan. Proses fisiologi pada
tumbuhan antara lain perubahan warna kulit, susut bobot, penurunan kekerasan,
dan penurunan kadar gula (WinarnodanAman 1979). Ethilen diproduksi dalam semua tumbuhan tingkat tinggi dan diproduksi
dari metionin di dasarnya semua jaringan. Produksi etilen bervariasi dengan
adanya jenis jaringan, spesies tanaman, dan juga tahap pembangunan. Mekanisme yang
ada pada etilen dihasilkan dari metionin yang memiliki 3 proses langkah (McKeon
et al, 1995;).Salisbury dan Ross, 1992). ATP merupakan komponen penting dalam
mensintesiskan etilen dari metionin. ATP dan air ditambahkan ke metionin mengakibatkan
hilangnya tiga fosfat dan S-adenosylmetionin. Sintaseasam 1-amino-siklopropana-1-karboksilat
(ACC-sintase) memfasilitasi produksi ACC dariSAM. Oksigen kemudian diperlukan dalam
rangka romengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim
oksidatif yang disebut ethylene membentuk enzim. Pengendalian produksi ethylene
telah menerima studi yang cukup. Studi etilen telah terfokus di sekitar sintesis
mempromosikan efekauksin, melukai, dan kekeringan serta aspek buah-pematangan.Synthase
ACC adalah tingkat membatasi langkah untuk produksi etilena dan itu adalah enzim
ini yang dimanipulasidalambioteknologiuntukmenundapemasakanbuah di “rasa saver”
tomat (Klee danLanahan, 1995). Fungsi utama dari gas etilen sendiri adalah
berperan dalam proses pematangan buah. Tapi, selain itu ada fungsi lain dari
gas etilena, yaitu :
2.
Merangsang
pertumbuhan akar dan batang.
4.
Merangsang
absisi buah dan daun.
5.
Merangsang
induksi bunga Bromiliad.
6.
Induksi sel
kelamin betina pada bunga.
7.
Merangsang
pemekaran bunga.
8.
Bersama
auksin gas etilen dapat memacu perbungaan mangga dan nanas.
9.
Dengan
giberelin, gas etilen dapat mengatur perbandingan bunga jantan dan bunga betina
pada tumbuhan berumah satu.
Selain
dampak yang menguntungkan, ternyata gas etilen itu sendiri memiliki dampak yang
tidak diinginkan, yaitu :
1.
Mempercepat
senensen dan menghilangkan warna hijau pada buah seperti mentimun dan sayuran
daun.
2.
Mempercepat
pemasakan buah selama penanganan dan penyimpanan.
3.
“Russet
spoting” pada selada.
4.
Pertunasan
kentang.
5.
Gugurnya
daun (kol bunga, kubis, tanaman hias).
6.
Pengerasan
pada asparagus.
7.
Mempersingkat
masa simpan dan mengurangi kualitas bunga.
8.
Gangguan
fisiologis pada tanaman umbi lapis yang berbunga.
9.
Pengurangan
masa simpan buah dan sayuran.
C. Daun
Sungkai
Sungkai
adalah jenis pohon yang tumbuh pada daerah tropis. Jenis ini termasuk kedalam
suku Verbenaceae dengan berbagai nama daerah seperti Jati sebrang atau ki
sebrang (Sunda), Jati Sumatra (Sumatra Selatan), Sungkai atau kayu lurus (Kalimantan
Selatan). Daerah penyebaran adalah Bagian Barat Kepulauan Indonesia yaitu Jawa
Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Anonim,
1980). Sungkai
tumbuh di hutan sekunder pada berbagai jenis tanah dan tidak memerlukan persyaratan
tumbuh yang baik, namun biasanya tumbuh baik pada tanah yang cukup mengandung
air, seperti di tepi sungai dan secara bermusiman tergenang air tawar. Sungkai
tahan terhadap persaingan alang-alang dan terhadap kebakaran. Sungkai paa
umumnya tumbuh baik pada ketinggian 0-600 meter dpl dan pada daerah yang
mempunyai tipe iklim A-C menurut tipe curah hujan Schmidth dan Ferguson. Tanaman sungkai
merupakan tanaman kayu-kayuan yang bisa mencapai tinggi 20-30 meter, dengan
diameter batang mencapai 60 cm atau lebih. Tinggi batang bebas cabang bisa
mencapai 15 meter. Bentuk
batang lurus dengan lekuk kecil, tapi kadang-kadang bentuk batangnya jelek
akibat serangan hama pucuk. Kulit berwarna abu-abu atau sawo muda, beralur
dangkal mengelupas kecil-kecil dan tipis. Penampang kulit luar berwarna coklat,
kuning atau merah muda. Kayunya berteras dengan warna sawo muda. Rantingnya
penuh dengan bulu-bulu halus. Tajuk tanaman berbentuk bulat telur dan
pada umumnya kurang rimbun. Daun mejemuk bersirip ganjil, letak berpasangan dan
anak-anak daun letaknya berpasangan atau berselang-selang, lancip, melancip
pada ujungnya, anak daun dibagian bawahnya tertutup rapat dengan bulu-bulu
halus. Bentuk buah kecil-kecil dan letak bunga berpasangan serta berkedudukan
malai. Perakaran menyebar dangkal, tidak tahan terhadap kekuranagn zat asam
lebih dari 10 hari (Anonim,1979 dan Anonim,1980). Kayu Sungkai termasuk kayu kelas awet
III dan kelas kuat II – III, serta berat jenis 0,63. Kayu ini dapat digunakan
sebagai bahan bangunan lantai, papan dinding, mebel, patung, ukiran dan
kerajinan tangan. Selain hal tersebut sungkai juga dapat diolah menjadi finir
mewah karena memiliki nilai dekoratif, kulitnya dapat digunakan dinding lumbung
padi. Begitu pula daunnya digunakan sebagai obat sakit gigi dan demam panas
(Anonim, 1993). Daun
Sungkai juga memiliki khasiat sebagai penyubur
reproduksi wanita , sakit gigi, menurunkan demam dan juga dapat digunakan
sebagai pengganti MSG.
Kingdom : Plantae
Subkingdom
: tracheobionta
Super
Divisi : Sphermatophyta
Divisi : magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : verbenaceae
Genus : peronema
Spesies : Peronema
canescens
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan. Desember 2015. Penelitian
ini bertempat di laboraturium Biologi SMA Plus Negeri 2 Banyuasin.
B. Jenis Penelitian
Penelitian
yang pertama adalah penelitian eksperimen pemeraman yang berupa daun sungkai.
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah daun sungkai sebagai bahan utama. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah pemeraman dari daun sungkai sebagai pemeraman buah sebagai langkah uji
coba.
D. Desain Penelitian
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: Papan, paku, palu, saringan ventilasi.
Sedangkan buah uji coba dari penelitian ini adalah buah mangga.
2. Prosedur Kerja
a. Persiapan Penelitian
Pada tahap ini
dilakukan persiapan berupa penyediaan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
penelitian. Seperti, papan, paku, palu, saringan ventilasi. Menyiapkan daun
sungkai sebagai bahan baku utama pemeraman buah.
b. Pemeraman buah dari daun sungkai
Setelah bahan dan alat
yang diperlukan tersedia, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemeraman
buah dari daun sungkai sebagai bahan utama.
1. Cara pembuatan kotak pemeraman
·
Siapkan
papan, paku, dan palu
·
Bentuk
papan tersebut menjadi kotak lalu paku mengunakan palu
·
Paku
saringan ventilasi menggunakan palu upayakan untuk tidak memaku terlalu rapat
2. Cara pemeraman menggunakan daun sungkai
·
Siapkan buah mangga dan daun sungkai
·
Masukkan daun sungkai ke dalam ruangan saringan
ventilasi yang telah di buat
·
Masukkan
buah mangga ke dalam kotak
c. Aplikasi Pemeraman
1. Uji coba menggunakan buah coba yaitu
mangga yaitu dengan cara meletakkan buah coba di dalam kotak menggunakan daun
sungkai.
2. Buah secara langsung dengan daun sungkai
berhasil karena mangga cepat mengalami pematangan bila di amati.
3. Uji coba mengamati pemeraman buah dengan
menggunakan daun sungkai dalam bentuk langsung.
E. Hipotesa
Adapun hipotesa dalam penelitian
kali ini adalah :
1. Pemeraman yang memanfaatkan daun sungkai
yang dapat digunakan sebagai pematangan buah.
2. Pemeraman ini juga berpotensi sebagai
bahan dari alam yang dihasilkan dari tumbuhan di dalam pematangan buah.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Bahan
Pemeraman
Di zaman modern saat ini banyak sekali penemuan-penemuan yang
didapat oleh beberapa peneliti serta beberapa pihak. Oleh karena itu, kita
dituntut untuk menciptakan dan menemukan suatu penemuan baru yang belum
ditemukan oleh siapapun. Salah satunya dalam hal pemeraman.
Pemeraman yang benar tidak mencemari lingkungan memiliki hsil yang
baik dimulai dari aroma, rasa, maupun tekstur. Bahan-bahan dalam membuat
antiseptik juga banyak sekali seperti beras, gerabah, jerami,maupun kertas
koran. Dan pada hal ini kami menemukan bahan
yang bisa dimanfaatkan untuk pemeraman buah. Pemeraman buah ini yang
pada dasarnya bahan ini juga dihasilkan dari tumbuhan yaitu Sungkai.
Pada dasarnya bahan yang dihasilkan sungkai sebagai bahan pemeraman
adalah daunnya, zat-zat yang terkandung dalam
daun sungkai memungkinkannnya untuk membantu dalam pemeraman buah. Daun
sungkai juga mudah ditemukan karena dapat hidup di berbagai
jenis tanah dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang baik, namun biasanya
tumbuh baik pada tanah yang cukup mengandung air, seperti di tepi sungai dan
secara bermusiman tergenang di air tawar.
2. Daun
Sungkai dan bahan Yang Dijadikan pemeraman
Pemeraman adalah suatu proses penyimpanan buah
dan kadang sayuran agar menjadi masak. Pemeraman secara umum dapat dilakukan
dalam beberapa cara yaitu dengan cara menggunakan menyimpannya di dalam beras,
gerabah, jerami ataupun kertas koran dan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan karbit. Beberapa bahan dalam pemeraman baik bagi
lingkungan selain itu juga ada bahan dalam pemeraman yang dampaknya tidak baik bagi
lingkungan, proses pemeraman tersebut dilakukan menggunakan karbit. CaC2
menghasilkan 349ml asetilen yang akan digunakan dalam system pemasakan yaitu
dengan mengganti etilen yang dihasilkan oleh buah-buahan secara langsung. Zat
asetilen dalam kondisi banyak dapat menyebabkan proses pematangan jauh lebih
cepat.
Adapun bahan yang digunakan dalam pemeraman berbahan dasar daun
sungkai antara lain:
1. Daun sungkai menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah
tanaman yang biasa di tanam untuk pagar, daunnya direbus untuk kumur apabila
sakit gigi . Dan daun Sungkai inilah yang
menjadi bahan utama dalam pemeraman buah. Hal ini dipilih karena sifatnya yang
ekonomis yaitu, hanya cukup mengambil dari alam saja. Sebenarnya penggunaan
daun ini mengasilkan mangga dengan nilai gizi yang lebih baik dari pada dengan
menggunakan karbit karena sifatnya lebih alami. Salah satu tanda dari buah
mangga yang masak menggunakan daun ini yaitu aroma yang dihasilkan akan lebih
alami. Dari sisi pencemaran, penggunaan daun ini termasuk cara yang ramah
lingkungan. Karena limbahnya tidak merusak lingkungan tetapi bisa menguntungkan
yaitu digunakan sebagai pupuk. Hasil pemasakan buah dengan menggunakan daun ini
bisa bertahan lama bisa sampai seminggu. dan tidak cepat busuk. Prosses pemasakannya
memiliki selang waktu yang tidak beda dengan waktu pemasakan menggunakan
karbit.
2. Buah Mangga, adalah tanaman buah
berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia),
Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Rasanya yang manis membuat
banyak yang senang mengonsumsi buah ini. Buah berkulit hijau dan memiliki warna
daging yang kuning ini selain enak dikonsumsi ternyata
memiliki manfaat segudang. Dari kesehatan hingga kecantikan, akan diperoleh bagi yang rajin mengonsumsi
mangga. Mangga yang matang lebih baik untuk dikonsumsi.
Secara umum, kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah mangga
matang adalah sebagai berikut: Nilai Kandungan gizi
Mangga per 100 g (3.5 oz, Energi 272 kJ (65 kcal), Karbohidrat 17,00 g, Gula
14,8 g, Diet serat 1,8 g, Lemak 0,27 g, Protein 0,51 g, Vitamin A equiv.
38 mg (4%), Beta-karoten 445 mg (4%), Thiamine (Vit. B1)
0.058 mg (4%), Riboflavin (Vit. B2) 0,057 mg (4%), Niacin (Vit. B3)
0,584 mg (4%), Asam pantotenat (B5) 0,160 mg (3%), Vitamin B6
0,134 mg (10%), Folat (Vit. B9) 14 mg (4%), Vitamin C 27,7 mg
(46%), Kalsium 10 mg (1%), Besi 0,13 mg (1%), Magnesium 9 mg
(2%), Fosfor 11 mg (2%), Kalium 156 mg (3%), Seng 0,04 mg (0%).
Persentase yang relatif ke US rekomendasi untuk orang dewasa. Kandungan pada buah mangga sangat
banyak, terdiri atas mineral, vitamin, karbohidrat, serat, protein, lemak dan
lain-lain, sehingga apabila orang hanya mengonsumsi buah saja,
sudah tercukupi secara minimal gizinya.
3.
Analisa Pemeraman Dari Daun Sungkai
Bagaimana pembuktian pemeraman dari daun sungkai? Dalam
percobaan kami ini, kami menguji pemeraman yang menggunakan daun sungkai
sehingga dapat kami simpulkan bahwa pemeraman menggunakan daun sungkai dapat
digunakan sebagai pemeraman yang praktis. Kami menguji pemeraman dari daun
sungkai dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 1.
Hasil Pembuktian Pemeraman Menggunakan Daun Sungkai
No
|
Masa Pembuktian
|
Hasil
|
|||
Warna Daging Buah
|
Aroma
|
Rasa
|
Tekstur
|
||
1.
|
Hari Pertama
|
Agak Kuning
|
Aroma alami
|
Asam
|
Agak Padat
|
2.
|
Hari Kedua
|
Mulai Menguning
|
Aroma alami
|
Agak manis
|
Lunak
|
3.
|
Hari Ketiga
|
Kuning
|
Aroma alami
|
manis
|
Lunak
|
B.Pembahasan
Sungkai adalah jenis pepohonan, sungkai digolongkan ke dalam ordo lamiales dan, dimasukkan ke
dalam kelas magnoliopsida. Daun sungkai inilah yang memiliki
manfaat sebagai pemeraman buah. Hal ini diduga terdapat kandungan gas etilen. Semua bagian tumbuhan mampu menghasilkan
etilen termasuk pada daun juga mampu menghasilkan etilen. Hal inilah yang
terjadi pada daun sungkai, dimana daunnya juga menghasilkan etilen sehingga
mampu membantu dalam pemasakan buah. Biasanya daun yang bisa digunakan yaitu daun
yang sudah mengalami absisi. Sistesis etilen ini dipengaruhi oleh auksin.
Etilen merupakan hormon tumbuhan yang berbentuk gas dan bertanggung jawab dalam
proses pemasakan dan penuaan. Buah yang bereaksi dengan etilen biasanya
merespon dengan mengadakan peningkatan respirasi anaerob pada sel, hal ini akan
muncul sebelum buah masak. Hal ini sejalan dengan aktivitas respirasi pada buah
klimakterik seperti mangga bahwa aktivitas respirasi meningkat pada awal sampai
puncak klimakterik. Setelah itu menurun dengan drastis. Dengan menurunnya
aktivitas respirasi tersebut mengakibatkan tidak cukup tersedianya energi yang
diperlukan dalam perjalanan sintesis sukrosa Pada saat pemasakan buah terjadi
peningkatan respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi gula, perombakan
klorofil dan senyawa lain sehingga buah menjadi lunak dan warna kulitnya
menjadi kuning. Kandungan
gas etilen tersebut begitu bersentuhan dengan buah yang segar, buah segar yang
baru dipetik langsung menyerap gas etilen yang terdapat di daun sungkai
tersebut. Daun sungkai juga memiliki kandungan metionin yang bisa
dijadikan sebagai pemeraman buah serta mampu
membantu melakukan pemeraman secara
alami. Dari
percobaan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan daun sungkai telah
terbukti bahwa buah mangga matang lebih cepat secara alami. Hanya memerlukan 3
hari buah mangga untuk matang. Di dalam daun Sungkai
banyak sekali terdapat gas etilen. Dalam hal ini gas etilen yang terbentuk di dalam daun sungkai akibatnya akan memacu
mempercepat pematangan buah mangga secara alami.
Pada
pemeraman hari ke-1, hasil warna daging yang terdapat pada buah mangga agak menguning,
aroma pada buah mangga memiliki aroma alami, pada pemeraman hari pertama rasa
pada buah mangga masih asam, memiliki tekstur agak padat pada buah mangga.
Sedangkan pemeraman pada hari ke-2, pada warna daging buah mangga mulai
menguning, aroma yang dimiliki masih aroma alami, memiliki rasa agak manis pada
buah mangga, dan memiliki tekstur yang lunak pada buah mangga. Pemeraman di
hari ke-3 pada buah mangga memiliki warna daging kuning, memiliki aroma alami
buah mangga, rasa yang terdapat pada buah mangga manis, dan memiliki tekstur
yang lunak.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian
dan pembahasan yang telah kami lakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
sebagai berikut :
1. Daun sungkai
berpotensi sebagai bahan untuk pemeraman buah.
2.
Pemeraman buah menggunakan daun sungkai
ini dapat di gunakan dengan tiga cara yaitu secara langsung (klabet diberikan
penambahan air hangat), pemanasan (klabet ditambahkan dengan akuadest dan
dipanaskan hingga mendidih), dan dibuat menjadi salep.
3. Daun Sungkai ini mengandung kandungan gas etilen
tinggi yang berfungsi untuk mempercepat proses pemeraman buah.
B. Saran
1.
Dalam proses pemeraman buah dari
daun sungkai harus dilakukan secara benar hingga akan mendapatkan
hasil yang baik.
2.
Peneliti menyarankan
untuk yang mencoba janganlah melakukan pemeraaman buah menggunakan
daun sungkai berdampingan dengan akarbit agar memperoleh kualitas buah yang
baik.
3.
Untuk hasil
pemeraman yang lebih baik gunakanlah daun sungkai secukupnya.
Post a Comment for "Buah Lebih Cepat Masak Dengan Pemeraman Menggunakan Daun Sungkai (Makalah Daun Sungkai)"